PENGANTAR
ILMU EKONOMI
Demand
dan Supply Pelayanan Kesehatan
Dosen
Pembimbing : Abdi, S.E
OLEH
:
·
·
Afrina T. Oinan
·
STIKes
HANG TUAH PEKANBARU
PEKANBARU
T.A
2013 - 2014
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur Kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, bimbingan dan hidayah-Nya. Sehingga Makalah yang berjudul “Demand dan Supply Pelayanan Kesehatan” ini dapat Kami selesaikan
dengan baik.
Melalui makalah ini, Kami berharap pembaca dapat mengetahui tentang Makroekonomi khususnya pembahasan tentang
Demand dan Supply .
Pada kesempatan
ini, Kami juga berterimakasih kepada :
1
Bapak
Abdi, S.E . Selaku dosen Pengantar Ilmu Ekonomi.
2
semua pihak yang telah membantu Kami
dalam penyelesaian penulisan Makalah ini.
Seperti
ungkapan, “Tak ada gading yang tak retak”, begitu pula dengan penulisan makalah
yang sangat jauh dari sempurna ini. Kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari para pembaca untuk memperbaiki kualitas makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Pekanbaru, Mei 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR
ISI .......................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan
Masalah............................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN.......................................................................................... 4
2.1 Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 4
BAB
III PENUTUP ................................................................................................ 38
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 38
3.2 Kritik
dan Saran.....................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 40
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Pada dasarnya kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan tinggi
rendahnya standar hidup seseorang. Status kesehatan yang baik dibutuhkan oleh
manusia untuk menopang semua aktivitas hidup. Setiap individu akan berusaha
mencapai status kesehatan tersebut dengan menginvestasikan dan atau
mengkonsumsi sejumlah barang dan jasa kesehatan. Maka untuk mencapai kondisi
kesehatan yang baik tersebut dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula.
Teori ekonomi mikro tentang permintaan (demand) jasa pelayanan kesehatan menyebutkan bahwa harga
berbanding terbalik dengan jumlah permintaan jasa pelayanan kesehatan. Teori
ini mengatakan bahwa jika jasa pelayanan kesehatan merupakan normal good, makin tinggi income keluarga maka makin besar demand terhadap jasa pelayanan
kesehatan tersebut. Sebaliknya jika jenis jasa pelayanan kesehatan tersebut
merupakan inferior good, meningkatnya pendapatan
keluarga akan menurunkan demand
terhadap jenis jasa pelayanan kesehatan tersebut.
Nilai guna pelayanan kesehatan dapat dilihat dari
kualitas pelayanan kesehatan sehingga akan membentuk sebuah kepuasan pelanggan.
Kualitas pelayanan kesehatan
bersifat multi dimensi. Ditinjau dari pemakai jasa pelayanan kesehatan (health consumer) maka pengertian kualitas pelayanan lebih
terkait pada ketanggapan petugas memenuhi
kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi antara
petugas dengan pasien,
keprihatinan serta keramahtamahan petugas
dalam melayani pasien,
kerendahan hati dan kesungguhan. Ditinjau dari penyelenggara pelayanan
kesehatan (health provider) maka kualitas pelayanan lebih terkait pada
kesesuaian pelayanan yang diselenggarakan dengan
perkembangan ilmu dan
teknologi kedokteran mutakhir.
Hal ini terkait pula dengan otonomi yang dimiliki oleh masing-masing profesi dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
sesuai dengan kebutuhan pasien.
Dalam ekonomi terdapat permintaan (demand) dan
penawaran (supply) yang saling bertemu dan membentuk satu titik pertemuan dalam
satuan harga dan kuantitas (jumlah barang). Setiap transaksi perdagangan pasti
ada permintaan, penawaran, harga dan kuantitas yang saling mempengaruhi satu
sama lain. Permintaan dan penawaran adalah berasal dari dua pihak yang berbeda.
Permintaan berasal dari konsumen sedangkan penawaran berasal dari produsen. Di
pasar, kedua hal yang memiliki kepentingan yang berlawanan ini akan saling
berinteraksi.
Hukum penawaran menunjukkan sifat hubungan antara
tingkat harga dan jumlah barang atau jasa yang ditawarkan oleh produsen. Hukum
penawaran menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat harga suatu barang, maka
semakin banyak jumlah barang yang ditawarkan produsen. Sebaliknya, semakin
rendah tingkat harga suatu barang, semakin sedikit pula jumlah barang yang
ditawarkan produsen. Hukum penawaran berlaku dengan syarat faktor lain selain
harga yang memengaruhi dianggap tetap (ceteris paribus).
Supply pelayanan kesehatan merupakan derivate (turunan) dari supply pada
umumnya. Dengan demikian supply pelayanan kesehatan juga merupakan fungsi
produksi dimana yang mempengaruhi supply adalah faktor internal organisasi.
Fungsi produksi menjelaskan hubungan antara hasil/output dari pelayanan yang
diberikan dengan input atau sumber daya yang dimiliki. Dalam ilmu ekonomi,
faktor yang mempengaruhi fungsi produksi adalah sumber daya yang digunakan saat
memproduksi barang dan jasa.
1.2. Rumusan
Masalah
a.
Apa pengertian demand dalam pelayanan kesehatan?
b.
Apa saja faktor yang mempengaruhi demand dalam pelayanan
kesehatan?
c.
Apa perbedaan demand pelayanan kesehatan dengan demand produk
secara umum?
d.
Bagaimana elastisitas demand pelayanan kesehatan dan
konsekuensinya?
e.
Apa yang dimaksud utility dalam pelayanan kesehatan dan
bagaimana cara pengukurannya?
f.
Apakah yang dimaksud dengan Supply Pelayanan Kesehatan ?
g.
Bagaimana bentuk kurva Supply Pelayanan Kesehatan?
h.
Faktor apa saja yang dapat memengaruhi Supply Pelayanan
Keehatan?
i.
Bagaimanakah cara menghitung Supply Maksimal pada pelayanan
kesehatan?
1.3. Tujuan
a.
Memahami tentang demand dalam pelayanan kesehatan.
b.
Mempelajari faktor – faktor yang mempengaruhi demand dalam
pelayanan kesehatan.
c.
Mempelajari perbedaan demand dalam pelayanan kesehatan dengan
demand produk secara umum.
d.
Mempelajari elastisitas demand dalam pelayanan kesehatan dan
konsekuensinya.
e.
Mempelajari tentang utility dalam pelayanan kesehatan dan
cara pengukurannya.
f. Mempelajari definisi dari
Supply Pelayanan Kesehatan.
g.
Mempelajari bentuk kurva Supply Pelayanan
Kesehatan.
h.
Dapat mempelajari faktor yang dapat mempengaruhi Supply Pelayanan Kesehatan.
i.
Mempelajari cara menghitung Supply Maksimal pada industri Pelayanan Kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Demand Pelayanan
Kesehatan
Demand
(permintaan) adalah keinginan yang disertai dengan daya beli. Menurut (Kotler
dan Andersen, 1995), permintaan adalah keinginan terhadap produk spesifik yang
didukung oleh kemampuan dan kesediaan untuk membeli. Demand atau permintaan
adalah jumlah dari suatu barang yang mau
dan mampu dibeli pada berbagai kemungkinan harga, selama jangka waktu
tertentu, dengan anggapan berbagai hal lain tetap sama (ceteris paribus). Mau
dan mampu di sini memiliki arti betapapun orang berkeinginan atau membutuhkan
sesuatu, kalau ia tidak mempunyai uang atau tidak bersedia mengeluarkan uang
sebanyak itu untuk membeli, maka keinginan tersebut belum disebut permintaan.
Namun ketika keinginan atau kebutuhan disertai dengan kemauan dan kemampuan
untuk membeli dan didukung oleh uang yang cukup untuk membayar maka akan
disebut permintaan. Dengan demikian permintaan adalah kebutuhan dan keinginan
yang didukung oleh daya beli.
Permintaan
(demand) pelayanan kesehatan adalah Pelayanan yang sesungguhnya dibeli oleh
customer pelayanan kesehatan, dalam hal ini adalah pasien. Permintaan tersebut dipengaruhi oleh pendapat
medis dari dokter, dan juga faktor lain seperti pendapatan dan harga obat.
Model dari Cooper Posnett (1988) dalam Palutturi (2005), Permintaan (demand)
pelayanan kesehatan merupakan keinginan untuk lebih sehat diwujudkan dalam
perilaku mencari pertolongan tenaga kedokteran. Jadi dapat disimpulkan bahwa,
Permintaan (demand) pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan diinginkan oleh pasien yang disertai juga dengan daya beli yang
dimiliki oleh pasien tersebut.
2.2 Faktor yang Mempengaruhi
Demand Pelayanan Kesehatan
Menurut Michael Grossman dalam health care economics second edition ,
Konsumen memiliki 2 alasan dalam hal permintaan terhadap kesehatan yaitu:
a.
Kesehatan sebagai komuditas konsumsi
Kesehatan
merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh konsumen dimana dengan kesehatan itu
sendiri konsumen merasa lebih baik. Dengan kesehatan itu sendiri, konsumen
dapat melakukan aktivitas fisik dengan leluasa tanpa ada gangguan dr kesehatan
mereka sendiri.
b.
Kesehatan sebagai sebuah investasi
Kondisi
kesehatan akan menentukan jumlah waktu yang tersedia untuk seseorang. Lama
waktu seseorang sakit akan berpengaruh pada jumlah waktu yang dapat ia lakukan
untuk bekerja dan melakukan aktivitas lainnya. Selain itu, sakit dapat
menyebabkan seseorang kehilangan penghasilannya akibat tidak dapat bekerja
selama ia sakit.
Variasi didalam permintaan
terhadap pelayanan medis dapat dikatagorikan menjadi faktor dari pasien sendiri
dan dari faktor pemberi layanan medis. Permintaan pasien terhadap pelayanan
medis antara lain adalah permintaan dalam hal pelayanan (treatment) , tipe
pengobatan, dan hasil dari banyaknya jumlah pengobatan dan tipe pengobatan yang
dilakukan serta kualitas dari pengobatan medis itu sendiri. Sedangkan factor
dari pihak medis adalah bagaimana memberikan pelayanan yang memuaskan bagi
pasien dan memberikan kualitas pelayanan yang baik.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan konsumen terhadap pelayanan medis baik dari segi pasien
maupun dari pihak pemberi layanan medis:
1.
Faktor yang mempengaruhi permintaan pasien terhadap pelayanan
medis
Pasien merupakan konsumen paling penting dalam jasa kesehatan dimana
pasien ini akan mempengaruhi jumlah permintaan terhadap pelayanan kesehatan
serta menentukan kualitas dari pelayanan kesehatan bersangkutan.
a)
Kejadian sakit (incidence of illness)
Kejadian sakit
yang diderita oleh masing-masing individu berbeda-beda, hal ini dipengaruhi
oleh usia dan jenis kelamin. Semakin bertambahnya usia, maka jumlah kejadian
sakit dan kematian akan semakit meningkat dimana penyakit pada setiap
pertambahan usia akan beresiko untuk menderita peyakit kronis sehingga
pelayanan kesehatan akan semakin dibutuhkan. Dari segi jenis kelamin, terdapat
kebutuhan pelayanan kesehatan antara laki-laki dan perempuan. Kebutuhan
perempuan akan pelayanan kesehatan lebih tinggi dibandingkan laki-laki
disebabkan karena kebutuhan untuk
obstetri (persalinan).
b)
Karakteristik budaya dan demografi (culturaldemographic
characteristics)
1)
Jenis kelamin.
Meskipun pengeluaran untuk pemanfaatan pelayanan kesehatan yang kurang
lebih sama untuk kedua jenis kelamin pada tahun-tahun awal, ada perbedaan dalam
kebutuhan pelayanan kesehatan antara pria dan wanita. Di kemudian hari,
pengeluaran yang dikeluarkan oleh perempuan melebihi dari yang dikeluarkan oleh
laki-laki terutama karena biaya kandungan.
2)
Usia.
Hubungan antara umur dan penggunaan pelayanan medis, bagaimanapun tidak
linier juga tidak sama untuk setiap jenis pelayanan kesehatan. Karena semakin
bertambah usia akan semakin membutuhkan pelayanan kesehatan.
3)
Status perkawinan dan jumlah anggota keluarga.
Seseorang dengan status belum menikah lebih banyak menggunakan pelayanan
rumah sakit dibandingkan dengan seseorang yang sudah menikah. Selain status
perkawinan, jumlah orang dalam keluarga juga mempengaruhi permintaan untuk
pelayanan kesehatan. Orang yang belum berkeluarga umumnya menggunakan perawatan
di rumah sakit lebih dari yang dilakukan oleh orang yang sudah menikah.
Ketersediaan orang di rumah untuk merawat seseorang mungkin pengganti hari
tambahan di rumah sakit. Besarnya
keluarga juga mempengaruhi permintaan, sebuah keluarga besar memiliki
pendapatan per kapita yang lebih rendah (meskipun tidak selalu proporsional
kurang) daripada sebuah keluarga kecil dengan pendapatan yang sama.
4)
Pendidikan.
Pendidikan juga diyakini dapat mempengaruhi permintaan pelayanan medis.
Sebuah jumlah yang lebih besar dari pendidikan di rumah tangga dapat
memungkinkan keluarga untuk mengenali gejala awal penyakit, sehingga kesediaan
yang lebih besar untuk mencari pelayanan kesehatan awal. Tingginya tingkat
pendidikan juga dapat menyebabkan peningkatan efisiensi dalam pembelian
keluarga dan penggunaan pelayanan medis.
5)
Preferensi pasien
Preferensi
yang dimiliki pasien bisa didapatkan melalui iklan, orang sekita dan dokter yang dapat
mempengaruhi pelayanan kesehatan yang diinginkan oleh pasien.
c)
Faktor ekonomi ( economic factors ).
1)
Pendapatan.
Sejumlah penelitian telah mengungkapkan hubungan antara pendapatan
keluarga dan pengeluaran untuk pelayanan kesehatan. Ketika studi ini didasarkan
pada data survey, sering ditemukan bahwa keluarga-keluarga dengan pendapatan
yang lebih tinggi memiliki pengeluaran yang lebih besar untuk pelayanan
kesehatan.
2)
Harga.
Hubungan tarif dengan demand terhadap
pelayanan kesehatan adalah negatif. Semakin tinggi tarif maka demand akan menjadi semakin rendah.
Sangat penting untuk dicatat bahwa hubungan negatif ini secara khusus terlihat
pada keadaan pasien yang mempunyai pilihan. Pada pelayanan rumah sakit, tingkat
demand pasien sangat
dipengaruhi oleh keputusan dokter. Keputusan dari dokter mempengaruhi length of stay, jenis pemeriksaan,
keharusan untuk operasi, dan berbagai tindakan medik lainnya. Pada keadaan yang
membutuhkan penanganan medis segera, maka faktor tarif mungkin tidak berperan
dalam mempengaruhi demand, sehingga
elastisitas harga bersifat inelastik. Sebagai contoh, operasi segera akibat
kecelakaan lalu lintas. Apabila tidak ditolong segera, maka korban dapat
meninggal atau cacat seumur hidup.
3)
Jaminan atau asuransi kesehatan.
Asuransi
dan jaminan kesehatan dapat meningkatkan demand
terhadap pelayanan kesehatan, dengan demikian hubungan dari asuransi
kesehatan dan jaminan kesehatan terhadap demand
terhadap pelayanan kesehatan adalah bersifat positif. Pada negara maju,
faktor asuransi kesehatan menjadi penting dalam hal demand pelayanan kesehatan. Sebagai contoh, di Amerika Serikat
masyarakat tidak membayar langsung ke pelayanan kesehatan, tetapi melalui
sistem asuransi kesehatan. Di samping itu, dikenal pula program pemerintah
dalam bentuk jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin dan orang tua.
4)
Nilai
waktu bagi pasien
Ketika
harga pelayanan kesehatan diminimalkan maka seseorang akan mempertimbangkan
penggunaan waktu seperti jauh dekatnya dengan tempat pelayanan kesehatan atau
lama waktu tunggu sebelum mendapat pelayanan kesehatan juga akan mendapat
perhatian dari konsumen.
2.
Faktor pihak pemberi layanan medis yang mempengaruhi
permintaan konsumen terhadap pelayanan medis
Dalam melakukan
tindakan terhadap pasien, dokter tenaga medis harus dapat menyesusaikan sumber
daya keuangan pasien dan kebutuhan medis pasien sebelum melakukan tindakan
medis. Pasien memiliki ilmu pengetahuan mengenai medis yang akan digunakan
untuk berdiskusi dengan tenaga medis sehingga dapat mengambil keputusan
perawatan seperti apa yang akan dijalani. Dalam hal ini, efisiensi dari
pelayanan medis dan penawaran harga yang mempengaruhi permintaan pasien
terhadap pelayanan medis.
Adapun
rumus untuk demand pada pelayanan kesehatan yaitu sebagai berikut:
Qdmc
= f (insiden penyakit, provider│
karakteristik budaya - demografi, factor ekonomi, dll)
Meningkatnya
demand dalam pelayanan kesehatan pada saat ini banyak dipengaruhi oleh:
a)
Kualitas dari pelayanan kesehatan yang diberikan.
b)
Pelayanan pasca rawat inap.
c)
Performance dari pelayanan kesehatan.
d)
Kemudahan dalam penggunaan pelayanan.
e)
Sistem pembayaran.
f)
Sistem pelayanan secara keseluruhan.
2.3 Perbedaan Demand Pelayanan
Kesehatan dengan Demand Produk Secara Umum
Perbedaan
demand pelayanan kesehatan dengan demand produk secara umum adalah sebagai
berikut,
Tabel 2.1
Perbedaan Demand pelayanan kesehatan dengan produk secara umum
Komponen
Pembeda
|
Pelayanan
kesehatan
|
Produk
secara umum
|
Pengertian
|
Demand
Pelayanan Kesehatan adalah permintaan untuk lebih sehat diwujudkan dalam
perilaku mencari pelayanan kesehatan dan terkadang permintaan tersebut tidak
sesuai dengan keuangan konsumen
|
Demand
produk secara umum adalah sesuatu yang diinginkan oleh konsumen dan
disesuaikan dengan kekuatan SDM yang dimiliki konsumen
|
Jenis
|
Demand
turunan
|
Demand
langsung
|
Faktor
yang paling mempengaruhi
|
Insiden
penyakit dan provider
|
Harga
|
Pengambil
keputusan
|
Provider
adalah penentu demand pelayanan kesehatan baik itu jenis perawatannya dan
obat walaupun konsumen masih dapat menentukan dimana tempat akan mendapatkan
pelayanan kesehatan akan tetapi konsumen tidak memiliki wewenag untuk
menentukan jenis perawatan
|
Konsumen
memiliki wewenang untuk memutuskan untuk membeli suatu produk atupun tidak
|
Tujuan
|
Profit
dan non profit
|
Profit
|
Pengetahuan
Konsumen
|
Asymetrik
knowledge dimana wawasan dan pengetahuan dokter jauh diatas konsumen
|
Pengetahuan
konsumen bisa saja sama dengan produsen atau bisa lebih rendah
|
Demand pelayanan kesehatan berbeda dengan
demand bidang ekonomi disebabkan oleh:
1.
Pelayanan
kesehatan merupakan derived demand maksudnya permintaan terhadap
suatu barang atau jasa yang muncul sebagai akibat dari permintaan terhadap
barang atau jasa yang lain. Sebagai contoh seorang pasien yang menginginkan
suatu pelayanan kesehatan muncuk karena pasien tersebut menginginkan kesehatan,
karena sebenarnya yang diinginkan pasien adalah kesehatan bukan pelayanan kesehatan.
Dengan demikian, demand untuk pelayanan kesehatan berbeda dengan demand secara
umum.
Peran provider
dalam pelayanan kesehatan sebagai advisor dan supplier. Dikatakan sebagai advisor, apabila hal
tersebut dikaitkan dengan adanya saran atau nasihat dari provider kesehatan
akan suatu pelayanan kesehatan bagi pasien yang dapat menimbulkan suatu
permintaan terhadap pelayanan kesehatan itu sendiri. Sejauh mana provider
kesehatan bertindak sebagai penasehat, mengingat kebutuhan pasien serta sumber
daya, kita akan mengharapkan untuk menemukan hubungan yang kuat antara
karakteristik pasien dan tuntutannya untuk perawatan medis. Dalam hal seperti
ini, pasien pasti jarang menolak saran tersebut, dikarenakan adanya kesenjangan
pengetahuan provider kesehatan (yang lebih luas) daripada pasien. Dikatakan
sebagai penyedia pelayanan kesehatan, yaitu apabila provider kesehatan memberi
tindakan pada pasien, sehingga dapat membuat suatu pencapaian atas permintaan
pelayanan kesehatan yang sesuai. Namun, terkadang dari peran sebagai supplier
ini dapat menimbulkan efek “menjerumuskan” pasien (demand creation yang
negatif). Misalnya karena adanya tindakan atau pemeriksaan tambahan bagi pasien
yang sebenarnya tidak perlu dilakukan.
Sehingga
konsumen pelayanan kesehatan dalam kedudukan lemah karena apa yang dibeli
ditentukan oleh pemberi jasa layanan kesehatan. Demand yang terjadi bukan
keputusan konsumen walaupun mereka dapat menetukan akan melakukan pengobatan
dimana akan tetapi mereka tidak bisa menentukan jenis perawatan atau pengbatan
untuknya akan tetapi mereka dapat menentukan dimana mereka akan melakukan
pelayanan kesehatan. Namun sebagai penasihat pelayanan kesehatan dokter
memiliki peran ganda yaitu sebagai penyedia layanan kesehatan yang akan
mengambil keputusan juga akan mempertimbangkan adanya profit.
Efek
demand creation yang negative didasarkan pada moral hazard. Moral hazard
mempunyai dua bentuk, pertama konsumen yang merasa tidak ada beban biaya apa
pun pada saat melakukan konsumsi komoditi pelayanan kesehatan akan cenderung
menggunakan pelayanan yang berlebihan yang menimbulkan ketidakefisienan.
Sementara itu, yang kedua, produsen yang mengetahui bahwa konsumennya
dilindungi oleh asuransi kesehatan cenderung akan menginstruksikan penggunaan
pelayanan kesehatan yang semestinya tidak dipergunakan (over prescribed).
Oleh karena itu cara untuk
mengatasi Demand Creation Negatif adalah sebagai berikut :
1.
Meningkatkan pengetahuan pasien.
Pada umumnya, pasien kurang mempunyai informasi
tentang segala sesuatu yang menyangkut pelayanan kesehatan. Kejadian ini
disebabkan oleh sifat komoditi pelayanan kesehatan yang akhirnya mengacu kepada
situasi dimana provider yang secara efektif sering bertindak untuk melakukan
permintaan (demanding). Untuk menunjang hubungan tersebut dapat beroperasi
secara efisien, diperlukan tiga kelompok informasi yaitu
a.
Pengetahuan dasar mengenai masalah – masalah medis, yaitu
suatu bentuk informasi yang pada dasarnya pasien tidak harus memilikinya.
Informasi ini menyangkut pengetahuan khusus untuk melakukan penelitian status
kesehatan dan mengidentifikasikan jenis perawatan yang tersedia.
b.
Keterangan tentang keadaan pasien, yang meliputi pengetahuan
tentang symptom pasien, sejarah kesehatan, dan keadaan lingkungan pasien
sehingga memungkinkan dokter untuk menerapkan ilmu kedokterannya terhadap kasus
yang saat ini sedang dijumpai pada pasien. Selain itu, yang termasuk dalam
informasi ini adalah posisi keuangan pasien dan sumber keuangan lainnya yang
dia miliki.
c.
Informasi tentang penilaian pasien sendiri mengenai penyakit
yang tengah dideritanya. Pada penilaian ini termasuk di dalamnya preferensi
pasien atas berbagai alternative perawatan yang tersedia, sikapnya dalam
menghadapi resiko dan penilaiannya atas kemungkinan trade-off dari beraneka
dimensi keadaan sehat.
Dengan demikian, apabila
pengetahuan pasien meningkat, maka kemungkinan provider untuk menambahkan jenis
pelayanan akan menurun.
2.
Pembentukan Komite Medik di Rumah Sakit
Komite Medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola
klinis (clinical governance) agar staf medis di rumah sakit terjaga
profesionalismenya melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi medis,
dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis (Permenkes RI 2011 tentang
Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit). Komite medic dibentuk dengan
tujuan untuk menyelenggarakan tata kelola klinis (clinical governance) yang
baik agar mutu pelayanan medis dan keselamatan pasien lebih terjamin dan
terlindungi.
Tugas dan fungsi komite medis menurut Permenkes RI 2011 nomor 755/MENKES/PER/IV/2011 Tentang
Penyelenggaraan Komite Medik Di Rumah Sakit adalah sebagai berikut :
a. Komite
medic mempunyai tugas meningkatkan profesionalisme staf medis yang bekerja di
rumah sakit dengan cara :
1. Melakukan
kredensial bagi seluruh staf medis yang akan melakukan pelayanan medis di rumah
sakit.
2. Memelihara
mutu profesi staf medis
3. Menjaga
disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis
b. Dalam
melaksanakan tugas kredensial komite medic memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Penyusunan
dan pengkompilasian daftar kewenangan klinis sesuai dengan masukan dari
kelompok staf medis berdasarkan norma keprofesian yang berlaku.
2. Penyelenggaraan pemeriksaan dan pengkajian:
a. kompetensi; c.
Perilaku;
b. kesehatan fisik dan mental; d. Etika profesi;
3.
Evaluasi data pendidikan profesional kedokteran/kedokteran
gigi berkelanjutan;
4.
Wawancara terhadap
pemohon kewenangan klinis;
5.
Penilaian dan
pemutusan kewenangan klinis yang adekuat.
6.
Pelaporan hasil penilaian
kredensial dan menyampaikan rekomendasi kewenangan klinis kepada komite medik;
7.
Melakukan proses
rekredensial pada saat berakhirnya masa berlaku surat penugasan klinis dan
adanya permintaan dari komite medik; dan
8.
Rekomendasi kewenangan
klinis dan penerbitan surat penugasan klinis.
c. Dalam melaksanakan tugas
memelihara mutu profesi staf medis komite medik memiliki fungsi sebagai
berikut:
1.
Pelaksanaan audit
medis;
2.
Rekomendasi pertemuan ilmiah internal dalam rangka pendidikan
berkelanjutan bagi staf medis;
3.
Rekomendasi kegiatan
eksternal dalam rangka pendidikan berkelanjutan bagi staf medis rumah sakit
tersebut; dan
4.
Rekomendasi proses
pendampingan (proctoring) bagi
staf medis yang membutuhkan.
d. Dalam melaksanakan tugas
menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis komite medik memiliki
fungsi sebagai berikut:
1.
Pembinaan etika dan disiplin profesi kedokteran;
2.
Pemeriksaan staf medis yang diduga melakukan pelanggaran
disiplin;
3.
Rekomendasi pendisiplinan pelaku profesional di rumah sakit;
dan
4. Pemberian
nasehat/pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis pada asuhan medis pasien.
Berdasarkan dari tugas dan
fungsi tersebut, akan tercipta tata kelola klinis yang baik sehingga akan
meningkatkan profesionalisme staf medis. Pengawasan langsung dari komite medic
akan mendorong provider melakukan pelayanan hanya yang diperlukan saja, dan
khususnya yang murah biayanya. Dengan demikian, adanya komite medis dapat
mengatasi terjadinya demand creation yang negatif.
3.
Memberikan provider financial incentive
Dengan adanya peningkatan insentif, maka kesejahteraan financial provider
akan terjamin sehingga provider akan menghindari/tidak melakukan pelayanan yang
tidak perlu untuk diberikan kepada pasien. Pada dasarnya, pelayanan tambahan
yang tidak perlu diberikan kepada pasien tersebut adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan financial provider.
4.
Mengubah biaya
reimbursement menjadi capitation
System penggantian (reimbursement), peserta asuransi harus
mengeluarkan uang terlebih dahulu untuk membayar biaya pelayanan kesehatan yang
kemudian dapat meminta penggantian ke perusahaan asuransi. Sistem ini
membebaskan pasien memilih rumah sakit, namun jumlah maksimal penggantian telah
ditentukan dimuka. Pasien harus memperhatikan kelengkapan surat-surat
administrasi yang menjadi syarat utama agar proses penggantian biaya dapat
dibayar oleh perusahaan asuransi.
Pasien yang menganut sistem provider tidak perlu mengeluarkan
uang terlebih dahulu. Pasien hanya dibekali dengan kartu keanggotaan asuransi kesehatan guna mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
di rumah sakit atau klinik kesehatan yang telah dipilih sebelumnya berdasarkan
daftar rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan asuransi tersebut.
Metode reimbursement ini
merupakan metode dimana pasien tidak membayar kepada provider. Hal ini
dikarenakan pasien telah membayar kepada pihak pengelola asuransi. Sehingga,
provider yang nantinya akan mengklaim seluruh biaya pelayanan kesehatan pasien
kepada pihak asuransi tersebut. Dengan metode ini, kemungkinan provider untuk
melakukan demand creation yang negatif akan sangat mungkin.
Definisi sistem kapitasi
adalah metode pembayaran untuk jasa pelayanan kesehatan dimana pemberi pelayanan
kesehatan (dokter atau rumah sakit) menerima sejumlah tetap penghasilan per
perserta, per periode waktu (biasanya bulan), untuk pelayanan yang telah
ditentukan per periode waktu. Kapitasi didasari dari jumlah tertanggung (orang
yang diberi jaminan atau anggota) baik dalam keadaan sakit atau dalam keadaan
sehat yang besarnya dibayarkan di muka tanpa memperhitungkan jumlah konsultasi
atau pemakaian pelayanan kesehatan.
Pembayaran kapitasi ini merupakan suatu cara pengendalian biaya dengan menempatkan provider pada posisi menanggung resiko,
seluruhnya atau sebagian, dengan cara menerima pembayaran atas dasar jumlah
jiwa yang ditanggung. Untuk menentukan angka kapitasi perlu diketahui dua
hal pokok yang harus diperhatikan dalam menentukan kapitasi, yaitu prediksi
angka utilisasi (penggunaan pelayanan kesehatan) dan penetapan biaya satuan.
Besaran angka kapitasi ini sangat dipengaruhi oleh angka utilisasi pelayanan
kesehatan dan jenis paket (benefit) asuransi kesehatan yang ditawarkan serta
biaya satuan pelayanan. Adanya
sistem kapitasi, diharapkan akan terjadi:
a.
Pemberian
pelayanan yang berkualitas tinggi
b.
Pemberian
pelayanan promotif dan preventif untuk mencegah insidensi kesakitan baru.
c.
Pemberian
pelayanan yang sesuai dengan keadaan
pasien
Secara teori, sistem kapitasi ini merupakan sistem yang
sangat baik dengan keuntungan yang akan didapatkan semua pihak, baik dokter,
pasien, maupun pihak asuransi. Namun, pada kenyataanya masih banyak hambatan
dalam pelaksanaan sistem ini. System kapitasi dapat digunakan untuk mengatasi
demand creation yang negatif jika mutu pelayanan provider ditingkatkan.
2.4 Elastisitas Demand Pelayanan
Kesehatan dan Konsekuensinya
Elastisitas
menunjukkan hubungan antara kuantitas yang diminta oleh konsumen dengan harga,
serta berbagai hal yang berhubungan dengan factor ekonomi. Dari penjelasan pada
bab sebelumnya telah didapatkan rumus untuk demand pada pelayanan kesehatan yaitu
sebagai berikut:
Qdmc= f (insiden penyakit, provider│
karakteristik budaya- demografi, factor ekonomi, dll)
Berdasarkan rumus di atas
dan juga factor-faktor yang mempengaruhi demand pada pelayanan kesehatan, maka
kelompok kami menyimpulkan bahwa elastisitas demand pelayanan kesehatan
bersifat inelastic. Dikatakan inelastic karena semakin tinggi harga pelayanan
kesehatan maka demand pada pelayanan kesehatan akan menurun, tetapi penurunan
permintaan tidak sebesar kenaikan harga. Hal ini disebabkan karena harga
bukanlah factor dominan yang mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan,
melainkan insiden penyakit.
Dalam
demand pelayanan kesehatan pada dasarnya jika seseorang ingin meningkatkan
derajat kesehatannya maka seseorang tersebut tidak memikirkan seberapa besar uang yang akan
dikeluarkan untuk kesehatannya tersebut.
Gambar
3.1
Kurva
inelastis pada demand
pelayanan
kesehatan
Sehingga karena elastisitas bersifat inelastic maka
konsekuensi yang harus dilakukan adalah meningkatkan mutu pelayanan,karena
seperti yang sudah dijelaskan diatas tadi factor yang lebih dominan adalah
insiden terjadinya penyakit dan provider. Dalam pelayanan kesehatan,permintaan
tergantung pada sifat urgensinya,
1)
Emergency : penyakit jantung mendadak, apendik dll.
Pada sifat emergency ini,
elastisitas demand dalam pelayanan kesehatan tergolong inelastis.
Semakin emergency suatu
keadaan, maka kurva dari demand akan bersifat semakin inelastic bahkan
inelastic sempurna.
2)
Non emergency
Pada sifat non emergency
ini, elastisitas demand dalam pelayanan kesehatan akan bersifat semakin
elastis. Dalam keadaan yang tidak darurat pasien cenderung memikirkan factor
lain yang mempengaruhi salah satunya yaitu biaya. Contohnya, dalam kadaan
menderita penyakit influenza, dimana penyakit ini tidak terlalu darurat atau
memerlukan penanganan secepatnya, apabila seorang dokter meresepkan pelayanan
kesehatan A dimana biayanya dirasa mahal, maka pasien akan lebih memilih
membeli obat bebas yang dirasa biayanya lebih murah dari pada Pelayanan A.
3)
Elective yaitu yankes yang bisa diatur saat pelaksanaannya
seperti bedah kosmetik, sirkumsisi, operasi katarak.
2.4.1
Konsekuensi Elastisitas Demand pada Pelayanan Kesehatan
Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa elastisitas demand pada
pelayanan kesehatan dapat bersifat inelastic ataupun elastic. Berikut ini
adalah penjelasan tentang konsekuensi dari kedua sifat elastisitas tersebut:
a)
Inelastic (E<1)
Koefisien elastisitas berada di antara nol sampai satu apabila persentase
perubahan harga adalah lebih besar daripada persentase perubahan jumlah
permintaan. Atau persentase perubahan kuantitas
permintaan lebih kecil dari persentase perubahan harga.
Permintaan bersifat inelastic
dapat terjadi pada saat harga pelayanan kesehatan meningkat sangat cepat, sedangkan factor
lain di luar harga dalam kondisi tetap. Pada kondisi ini permintaan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan akan menurun. Tetapi angka penurunan permintaan
ini tidak sebesar kenaikan harga pelayanan kesehatan.
Hal ini disebabkan karena apabila seseorang menderita penyakit yang
darurat (emergency) sehingga orang tersebut akan berusaha untuk segera
menyembuhkan penyakit tersebut dengan menggunakan pelayanan kesehatan saat itu
juga. Sedangkan apabila penyakit yang dialami seseorang bukan merupakan
penyakit darurat (non emergency), maka orang tersebut akan mencari solusi lain
saat harga pelayanan kesehatan naik.
Konsekuensi yang harus dilakukan saat kondisi inelastis ini terjadi
adalah meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan agar dapat bersaing dengan
intitusi kesehatan yang lain dalam mendapatkan pelanggan.
b)
Elastis (E>1)
Koefisien elastisitas dapat bernilai lebih dari satu apabila perubahan
harga diikuti dengan perubahan jumlah
permintaan, dimana persentase perubahan permintaan lebih besar daripada
perubahan harga.
Kondisi ini dapat terjadi pada pengguna pelayanan kesehatan jika
pendapatan masyarakat sudah mencukupi. Masyarakat ini akan rela membayar dengan
harga lebih tinggi demi mendapat kualitas pelayanan kesehatan yang terbaik.
Apabila pendapatan masyarakat telah meningkat, maka dana yang disisihkan
untuk menggunakan pelayanan keehatan juga akan meningkat. Sehingga konsekuensi
yang dapat dilakukan saat kondisi pemintaan pelayanan kesehatan elastis adalah
dengan meningkatkan pelayanan dan penambahan teknologi kesehatan.
2.5 Utility Pelayanan Kesehatan
dan Cara Pengukuran
Bentham
(1789) dalam Hunt (2002) menyatakan
“that property in any object, whereby it tend to produce benefit,
advantage, pleasure, good, or happiness or to prevent the happening of
mischief, pain, evil, or unhappiness”. Yang artinya nilai guna terkait tentang
hak kepemilikan pada suatu objek apapun yang mana untuk menghasilkan
keuntungan, manfaat, kepuasan, kebaikan, atau kebahagiaan atau untuk mencegah
terjadinnya kecurangan, kesakitan, kejahatan, atau ketidakbahagiaan”.
Dalam
perkembangannya, teori utlity diperluas oleh Jevons (1871) dalam Hunt (2002)
yang menyatakan bahwa “...to treat economy as a calculus of pleasure and pain,
and have sketched out...” yang artinya “...memperlakukan ilmu ekonomi sebagai
hitungan kepuasan dan kesakitan, dan telah digambarkan...” jadi utility dapat dihitung secara
matematis dan dapat digambarkan hasil dari perhitungan tersebut.
Teori
nilai guna mempelajari kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen
dari mengkonsumsikan beberapa barang. Jika kepuasan itu semakin tinggi maka
semakin tinggi nilai gunanya. Sebaliknya semakin rendah kepuasan dari suatu
barang maka nilai gunanya akan semakin rendah pula. Dapat disimpulkan bahwa nilai
guna (utility) adalah kemampuan
suatu barang atau jasa untuk memberikan kepuasan pada manusia dalam mencukupi
kebutuhan manusia.
Menurut Robert dan Prevest dalam Lupiyoadi (2001), Nilai guna pelayanan kesehatan dapat
dilihat dari kualitas pelayanan kesehatan sehingga akan membentuk sebuah
kepuasan pelanggan. Kualitas pelayanan kesehatan
bersifat multi dimensi. Ditinjau dari pemakai jasa pelayanan kesehatan (health consumer) maka pengertian kualitas pelayanan lebih
terkait pada ketanggapan petugas memenuhi
kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi antara
petugas dengan pasien,
keprihatinan serta keramahtamahan petugas
dalam melayani pasien, kerendahan hati dan kesungguhan.
Ditinjau dari penyelenggara pelayanan kesehatan (health provider) maka
kualitas pelayanan lebih terkait pada kesesuaian pelayanan yang
diselenggarakan dengan perkembangan ilmu
dan teknologi kedokteran mutakhir. Hal ini terkait pula dengan otonomi yang
dimiliki oleh masing-masing profesi
dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Menurut Azwar (1996), pengertian
kualitas pelayanan kesehatan
perlu dilakukan pembatasan yang secara umum dapat disebutkan
bahwa yang dimaksud dengan kualitas pelayanan kesehatan adalah mengacu
pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan. Pada satu sisi dapat menimbulkan
kepuasan kepada pasien, sedang pada sisi lain prosedurnya harus
sesuai dengan kode etik standar profesi yang ditetapkan.
Kualitas pelayanan kesehatan dapat dilihat dari berbagai indikator
kepuasan pelayanan kesehatan dan Mutu pelayanan kesehatan.
2.5.1.
Indikator Kepuasan Pelayanan Kesehatan
Kepuasan
yang dirasakan oleh pasien merupakan aspek yang sangat penting bagi kelangsungan suatu
rumah sakit. Kepuasan pasien adalah nilai subjektif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan. Penilaian
subjektif tersebut didasarkan pada pengalaman
masa lalu, pendidikan, situasi psikis waktu itu, dan pengaruh lingkungan pada
waktu itu.
Menurut
Lupiyoadi yang dikutip dari Hendroyono mengemukakan bahwa pasien dalam mengevaluasi
kepuasan terhadap jasa pelayanan yang diterima mengacu pada beberapa aspek
yaitu:
a.
Kualitas Produk atau Jasa.
Pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi menunjukkan
bahwa produk atau jasa yang digunakan berkualitas baik.
b.
Kualitas pelayanan .
Pelanggan dalam hal ini pasien akan merasa puas jika
mereka memperoleh pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan.
c.
Faktor emosional
Pasien yang merasa yakin bahwa orang lain kagum terhadap
pasien yang memilih rumah sakit dengan kategori rumah sakit mahal
cenderung memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
d.
Harga
Harga merupakan aspek penting. Semakin mahal harga
perawatan maka pasien
mempunyai harapan yang lebih besar dan menimbulkan kepuasan pada pasien.
e.
Biaya
Pasien yang mendapatkan produk atau jasa dengan tidak
mengeluarkan biaya tambahan cenderung puas terhadap jasa pelayanan tersebut.
Penyelenggaraan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat
dituntut untuk meningkatkan kualitas kinerja dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat sehingga pelayanan yang diberikan mampu
memenuhi kebutuhan, keinginan,
dan harapan masyarakat serta
mampu memberikan kepuasan. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS), salah satu upaya untuk meningkatkan
kualitas pelayanan publik adalah
dengan menyusun indeks
kepuasan masyarakat sebagai tolok ukur untuk menilai tingkat kualitas
pelayanan.
Dengan
demikian data indeks kepuasan masyarakat dapat menjadi bahan
penilaian terhadap unsur pelayanan yang masih perlu perbaikan dan menjadi
pendorong setiap unit penyelenggara pelayanan untuk meningkatkan kualitas
pelayanannya.
Tingkat
kepuasan masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan dapat diukur
dengan menggunakan 14 unsur pelayanan dalam Kepmenpan No.25/2004 Tentang IKM yang dijabarkan ke dalam
sub-sub indikator, sebagai berikut:
1)
Prosedur pelayanan
-
Tingkat kemudahan alur pelayanan yang
diberikan
-
Tingkat kesederhanaan alur pelayanan yang
diberikan
2)
Persyaratan pelayanan
-
Kemudahan persyaratan teknis dan
administratif yang harus dipenuhi
-
Kesederhanaan persyaratan teknis dan
administratif yang harus dipenuhi.
3)
Kejelasan petugas pelayanan
-
Kejelasan petugas yang memberikan
pelayanan
-
Kepastian petugas yang memberikan
pelayanan untuk segera menangani pasien.
4)
Kedisiplinan petugas
-
Tingkat kehadiran petugas yang memberikan
pelayanan
-
Tingkat keberadaan petugas pada saat jam
pelayanan
-
Intensitas penundaan pekerjaan yang
dilakukan oleh petugas
5)
Tanggung jawab petugas
Tanggung jawab petugas dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.
6)
Kemampuan petugas pelayanan
-
Tingkat keterampilan dan pengetahuan yang
dimiliki
-
Kejelasan informasi yang disampaikan
kepada pasien.
7)
Kecepatan pelayanan
Tingkat kecepatan petugas dalam memberikan pelayanan
8)
Keadilan mendapatkan pelayanan
-
Tingkat keadilan petugas dalam memberikan
pelayanan
-
Pemberian pelayanan terhadap semua pasien
tanpa pilih-pilih
9)
Kesopanan dan keramahan petugas
-
Tingkat kesopanan petugas dalam
memberikan pelayanan
-
Tingkat keramahan petugas dalam
memberikan pelayana.
10)
Kewajaran biaya pelayanan
Tingkat kewajaran biaya yang
dikeluarkan
11)
Kepastian biaya pelayanan
- Kesesuaian antara biaya yang dibayarkan
dengan biaya yang ditetapkan
- Adanya rincian biaya yang jelas dan
pasti
12)
Kepastian jadwal pelayanan
Tingkat kesesuaian jam pelayanan dengan jadwal
13)
Kenyamanan lingkungan
- Tingkat kerapian pengaturan sarana dan prasarana
- Tingkat kebersihan ruangan
- Kenyamanan ruang tunggu
14)
Keamanan pelayanan
-
Tingkat kelengkapan sarana prasarana kesehatan
-
Kebersihan peralatan medis
Prioritas indikator
kualitas pelayanan kesehatan
menurut pasien, adalah suatu aspek utama yang menjadi petunjuk atau pedoman
ukuran yang penting, yang berbobot, atau
yang semestinya berkaitan
dengan penyelenggaraan layanan kesehatan rumah sakit yang menjadi bagian dari pengalaman atau yang
dirasakan pasien rumah sakit.
Indikator pelayanan kesehatan yang dapat menjadi prioritas relatip
sangat banyak, diantaranya adalah,
1.
Kinerja tenaga dokter, adalah prilaku
atau penampilan dokter rumah sakit dalam proses pelayanan
kesehatan pada pasien,
yang meliputi ukuran: layanan medis,
layanan nono medis,
tingkat kunjungan, sikap,
dan penyampaian informasi.
2.
Kinerja tenaga perawat, adalah perilaku
atau penampilan tenaga perawat rumah sakit dalam proses pemberian
pelayanan kesehatan pada pasien, yang meliputi
ukuran: layanan medis, layanan nono medis, sikap, penyampaian informsai, dan tingkat
kunjungan.
3.
Kondisi fisik, adalah keadaan saran rumah
sakit dalam bentuk fisik seperti kamar rawat inap, jendela, pengaturan suhu, tempat tidur,
kasur dan sprei
4.
Makanan dan menu, adalah kualitas jenis
atau bahan yang dimakan atau dikonsumsi pasien setiap harinya,
seperti nasi, sayuran, ikan, daging, buah-buahan, dan minuman. Menu makanan
adalah pola pengaturan jenis makanan yang dikonsumsi oleh pasien.
5.
Sistem administrasi pelayanan, adalah
proses pengaturan atau pengelolaan pasien di rumah sakit yang harus diikuti
oleh pasien (rujukan dan biasa), mulai dari kegiatan pendaftaran sampai pase rawat inap.
6.
Pembiayaan, adalah sejumlah uang yang
harus dibayarkan kepada rumah sakit selaras pelayanan yang diterima
oleh pasien, seperti biaya dokter, obat-obatan, makan, dan kamar.
7.
Rekam medis, adalah catatan ataua
dokumentasi mengenai perkembangan kondisi kesehatan pasien yang meliputi
diagnosis perjalanan penyakit, proses pengobatan dan tindakan medis, dan hasil
pelayanan.
2.5.2.
Mutu Pelayanan Kesehatan
Menurut Donabedian (1980), mutu adalah suatu keputusan yang
berhubungan dengan proses pelayanan, yang berdasarkan tingkat di mana pelayanan
memberikan kontribusi terhadap nilai outcome. Proses pelayanan kesehatan
sendiri dibagi dalam dua komponen utama, pelayanan teknis (medis) dan manajemen
hubungan interpersonal antara praktisioner dan klien. Mutu pelayanan
kesehatan adalah hasil akhir (outcome) dari interaksi dan ketergantungan antar
berbagai aspek, komponen, atau unsur organisasi pelayanan kesehatan sebagai
suatu sistem.
Dimensi mutu layanan jasa
menurutZeitham et al (1998), yaitu :
1.
Tangible
Bukti nyata atau bukti langsung dari fasilitas
fisik, perlengkapan pegawai dan sarana komunikasi.
2. reliability
Kehandalan adalah Kemampuan Rawat Inap RS Muhammadiyah Surabaya untuk
melaksanakan pelayanan sesuai dengan janji promosi, secara akurat dan dapat
dipercaya. Tepat waktu sesuai janji dan memberikan bantuan tanpa di minta
dengan keterampilan atau kemampuan petugas.
3. Responsiveness
Ketanggapan petugas dalam memberikan pelayanan kesehatan yang inovatif.
Tanggap membantu pelanggan dalam memberikan pelayanan, mengatasi keluhan dan
waktu layanan.
4.
Assurance
Pengetahuan dan keramahan petugas dan kemampuan mereka untuk dapat
memenuhi kepercayaan dan keyakinan akan jaminan kesembuhan. Keramahan dalam
memberikan pelayanan dengan selalu senyum, sopasn santun, respek, dan
perhatian.
5. Empati
Empati adalah kemudahan dalam
melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami
kebutuhan para pelanggan serta penyediaan layanan dengan peduli dan perhatian
personal. Kata kunci empati adalah mendengarkan, memperhatikan, memahami dan
menanggapi keluhan.
2.5.3.
Cara Pengukuran
Pemantauan dan
pengukuran terhadap kepuasan pelanggan penting dilakukan karena dapat
memberikan umpan balik dan masukan untuk keperluan pengembangan dan
implementasi strategi peningkatan kepuasan pelanggan. Ada beberapa tekhnik/
metode untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan secara langsung, diantaranya :
1.
Teknik rating
a.
Directly reported satisfaction
Teknik
pengukuran langsung dengan menanyakan pasien/klien tentang kepuasan terhadap
atribut tersebut. Teknik ini mengukur
secara objective dan subjective. Objective bila bila stimuli jelas, langsung
diamati dan dapat diukur. Subjective bila rangsangan stimuli sifatnya
intangible, sulit ditentukan, sehingga lebih dikenal sebagai pengukuran
persepsi. Asumsi dasar teknik ini ialah hasil telaah tentang selisih manfaat
dengan pengorbanan atau risiko yang diantisipasi. Hasil ini memberikan
informasi tentang mutu pelayanan.
Instrument
ini (directly reported satisfaction) meminta individu menilai 1) derajat
kesukaan, 2) atau persetujuan, 3) penilaian, atau 4) tingkat kepuasan yang
dapat dinyatakan dalam bentuk skala. Skala penilaian bias ganjil atau genap
(rating scale).
1
: Sangat tidak puas 5
: Sedikit puas
2
: Tidak puas 6
: Puas
3
: Kurang puas 7
: sangat puas
4
: netral
Dalam
penetapan banyaknya skala genap bisa 1 sampai 4,6,8,10. Analisis hasil dengan
skala dapat ditentukan atas nilai rerata dan simpangan bakunya. Dominan bila
kurang dari nilai rata-rata (bila skala positif, bila skala negative diambil
lebih dari nilai rata-ratanya). Teknik ini banyak dipakai pada teori kepuasan
yang menggunakan stimuli-value judgement-reaction
Prosedur
Metode Skala untuk directly reported satisfaction melalui langkah awal pertama
: tentukan nilai standar. Skala ini bisa berdasarkan nilai skala tengah dari
pengukuran, bisa ditentukan oleh peneliti berdasarkan tujuannya. Langkah kedua:
menghitung nilsi rata-rata. Nilai rata-rata komposit adalah penjumlahan milai
sakal dari individu yang diamati dibagi jumlah individu.
b.
Simple rating
Metode
ranking sederhana klien membuat ranking dari objek (variabel) yang ditanyakan
dalam urutan pemilihan. Bobot kepentingan (importance-performance analysis).
Klien akan berusaha mendekatkan tingkat-tingkat kepentingan yang berbeda dengan
atribut yang bermacam-macam. Klien membuat rangking dari objek (variabel) yang
ditanyakan dalam urutan pemilihan. Misalnya empati lebih penting dari pada
keramahan. Bobot kepentingan menentukan faktor dominan. Kelemahan metode ini
bila klien tidak memilih salah satu dari objek tersebut.
Masalah
|
Rangking
|
Pelayanan
Dokter
|
|
Pelayanan
Perawat
|
|
Pelayanan
penunjang lain : Laboratorium, Radiologi, dll
|
|
Pelayanan
administrasi, keuanga, kamar terima/loket
|
|
c. Metode berpasangan
Metode berpasangan
menyediakan beberapa objek yang harus dinilai, kemudian individu-individu
tersebut disuruh memilih pasangannya. Metode berpasangan sering dipakai, karena
lebih mudah menentukan pilihan antar kedua objek pada satu waktu yang
bersamaan. Misal : tingkat tanggap (response) perawat terhadap keluhan pasien.
Acuh tak acuh 1
2 3 4 5 Perhatian
Kuat 1 2
3 4 5 Lemah
Pelayanan ramah 1
2 3 4 5 Pelayanan tidak ramah
Pada saat analisis, untuk
pertanyaan negative, skalanya harus dibalik dulu.
2.6 Supply dalam Pelayanan Kesehatan
2.6.1
Pengertian supply secara
umum
Supply atau Penawaran adalah
hubungan antara harga dan jumlah barang yang ditawarkan. Secara lebih spesifik,
penawaran menunjukkan jumlah suatu
barang atau jasa yang mau dan mampu ditawarkan oleh produsen setiap periode pada
berbagai kemungkinan tingkat harga, dengan hal lain diasumsikan konstan. Hukum
penawaran menyatakan bahwa jumlah barang atau jasa yang ditawarkan berhubungan
secara langsung dengan harga barang atau jasa tersebut, dengan hal lain
diasumsikan konstan. Jadi, semakin rendah harga, jumlah barang atau jasa yang
ditawarkan semakin sedikit. Sedangkan semakin tinggi harga barang atau jasa,
semakin tinggi pula jumlah barang atau jasa yang ditawarkan. Secara lebih
spesifik, penawaran menunjukkan jumlah
suatu barang atau jasa yang mau dan mampu ditawarkan oleh produsen
setiap periode pada berbagai kemungkinan tingkat harga, dengan hal lain
diasumsikan konstan.
2.6.2
Definisi Supply Maksimum
Supply maksimum adalah jumlah maksimum
atau kemampuan maksimum atau kapasitas
maksimum barang atau jasa yang dapat dihasilkan dalam periode tertentu. Perhitungan terhadap banyaknya barang yang
akan ditawarkan atau Supply didasarkan
pada kemampuan organisasi dalam mengelola resources untuk melakukan proses produksi. Organisasi ataupun
produsen harus dapat mengkaitkan resources
dari suatu input, proses, dan menjadikannya sebuah produk (output).
2.6.3
Pengertian supply Pelayanan
Kesehatan
Supply dalam pelayanan kesehatan adalah penyediaan
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu oleh berbagai kombinasi
tenaga pelayanan kesehatan (seperti dokter, perawat, teknisi, dan para
asistennya) dan fasilitas (seperti rumah sakit, klinik rawat jalan, dan laboratorium
klinis).
Fungsi Supply (produksi)
menggambarkan hubungan antara output yang berupa pelayanan kesehatan yang
berkualitas dan sumber daya (resources) yang digunakan untuk memproduksinya.
2.7
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Supply Pelayanan Kesehatan
2.7.1
Fungsi Penawaran
Berdasarkan
hukum penawaran, maka diperoleh fungsi penawaran, yaitu:
Qs = f (Px | Py, T, C, P……) dengan asumsi cateris paribus
|
Keterangan :
Qs = Jumlah barang yang
ditawarkan
Px = Harga barang itu sendiri
Py = Harga barang lain
T, C, P... = Faktor- faktor selain harga yang dianggap konstan
(cateris paribus)
Berbagai
faktor yang mempengaruhi tingkat Penawaran (Supply) adalah:
a.
Biaya produksi dan teknologi yang digunakan
Jika biaya pembuatan atau
produksi suatu produk sangat tinggi maka produsen akan membuat produk lebih
sedikit dengan harga jual yang mahal karena mengantisipasi ketidakmampuannya
bersaing dengan produk sejenis yang mengakibatkan produk tidak laku terjual.
Dengan adanya teknologi canggih maka suatu proses produksi bisa berjalan lebih
efektif dan efisien. Proses produksi yang efektif dan efisien menyebabkan
pemangkasan biaya produksi sehingga bisa memicu penurunan harga.
b.
Tujuan Perusahaan
Perusahaan yang bertujuan
mencari keuntungan sebesar-besarnya (profit oriented) akan menjual produknya
dengan marjin keuntungan yang besar sehingga harga jual menjadi tinggi. Jika
perusahaan ingin produknya laris dan menguasai pasar maka perusahaan akan
menetapkan harga yang rendah dengan tingkat keuntungan yang rendah sehingga harga
jual akan rendah untuk menarik minat konsumen.
c.
Pajak
Harga yang ditetapkan oleh
para produsen juga dipengaruhi oleh pajak yang ditetapkan oleh pemerintah.
Pajak yang naik akan menyebabkan harga jual menjadi lebih tinggi karena
perusahaan juga dituntut untuk mempertahankan keuntungan sehingga perusahan
menawarkan lebih sedikit produk akibat permintaan konsumen yang turun.
d.
Ketersediaan dan harga barang pengganti atau pelengkap
Dalam dunia industri tidak
dapat dipungkiri bahwa suatu saat pasti akan ada pesaing lain yang mempunyai
produk sejenis dengan yang kita produksi. Jika ada produk pesaing sejenis di
pasar dengan harga yang lebih murah, maka konsumen akan beralih ke produk yang
lebih murah sehingga mengakibatkan penurunan permintaan, akhirnya penawaran pun
terpaksa dikurangi.
e.
Prediksi atau perkiraan harga di masa depan
Ketika harga jual
diperkirakan akan mengalami kenaikan di masa mendatang maka perusahaan akan
mempersiapkan diri dengan memperbanyak output produksi dengan harapan bisa
menawarkan / menjual lebih banyak barang ketika harga naik akibat berbagai
faktor.
2.7.2
Fungsi Produksi
Supply
pelayanan kesehatan merupakan derivate (turunan) dari supply pada umumnya.
Dengan demikian supply pelayanan kesehatan juga merupakan fungsi produksi
dimana yang mempengaruhi supply adalah faktor internal organisasi.
Fungsi
produksi menjelaskan hubungan antara hasil atau output dari pelayanan yang
diberikan dengan input atau sumber daya yang dimiliki. Dalam ilmu ekonomi,
faktor yang mempengaruhi fungsi produksi adalah sumber daya yang digunakan saat
memproduksi barang dan jasa.
Fungsi produksi dalam supply pelayanan kesehatan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Qsmc = f (resources {6M, 2T, 1I} | Px, Py,.…..)
|
Keterangan :
Qsmc = Supply
pelayanan kesehatan
Resources = Sumber daya yang
dimiliki
Px = Harga barang itu sendiri
Py = Harga barang lain
Faktor
produksi yang mempengaruhi Supply pelayanan kesehatan adalah sebagai
berikut:
1.
Man
Man diartikan
sebagai sumber daya manusia. Contoh sumber daya manusia dalam pelayanan
kesehatan diantaranya adalah dokter, dokter spesialis, bidan, perawat,
farmasis, SKM, tenaga administrasi, dan lain-lain.
2.
Money
Money dapat diartikan
sebagai modal yang dibutuhkan untuk melakukan produksi. Modal dalam pelayanan
kesehatan adalah biaya operasional di rumah sakit, biaya investasi, dan biaya
lain yang mendukung proses produksi.
3.
Material
Material dapat
diartikan sebagai bahan yang digunakan untuk proses produksi. Dalam pelayanan
kesehatan, yang dimaksud dengan material berhubungan dengan logistik pelayanan
kesehatan, misalnya obat-obatan, suntik, bahan makanan, dan lain sebagainya.
4.
Method
Method
diartikan sebagai prosedur kerja. Prosedur kerja dalam pelayanan kesehatan
adalah berupa SOP (Standard Operating Procedure) rumah sakit, Standar Pelayanan
Minimal (SPM), dan lain sebagainya.
5.
Machine
Machine diartikan sebagai
mesin untuk produksi. Mesin produksi dalam pelayanan kesehatan adalah segala
peralatan medis yang menunjang pengoperasian pemberian layanan kesehatan. Di
antaranya yaitu, peralatan laboratorium, peralatan pemeriksaan kesehatan,
tempat tidur opname, dan lain-lain.
6.
Market
Wilayah
bertemunya produsen dan konsumen disebut sebagai market. Dalam hal pelayanan
kesehatan, market dapat berupa wilayah kerja pelayanan kesehatan, segmentasi pasar,
masyarakat sasaran yang dibidik berdasarkan proses STP (segmenting, targeting
dan posisioning) dan lain-lain.
7.
Technology
Dalam
pelayanan kesehatan, kecanggihan dan kemutakhiran teknologi yang digunakan diantaranya finger print, peralatan operasi
laser, dan lain-lain.
8.
Time
Merupakan
waktu yang digunakan untuk pemberian layanan kesehatan atau unit pelayanan pada
rumah sakit dan tempat pelayanan kesehatan lainnya.
9.
Information
Informasi
untuk menunjang pemberian layanan kesehatan seperti lewat internet, pamphlet,
leaflet, spanduk, dan lain-lain.
2.7.3
Faktor Dominan dalam Supply
Pelayanan Kesehatan
Tidak semua
faktor produksi memiliki peran dominan dalam memberikan pelayanan yang
berkualitas pada pasien. Dari 6M, 2T, dan 1I, hanya dua faktor yaitu Man dan Machine
saja yang punya pengaruh dominan.
Rumus fungsi faktor produksi yang mempengaruhi Supply
dalam pelayanan kesehatan adalah:
Qsmc = f (Man, Machine | 4M, 2T, 1I, Px, Py, C,T, C, P, ….)
|
Berikut ini
adalah contoh Supply pada pelayanan keperawatan. Jika input adalah pelayanan
keperawatan tiap pasien, maka yang termasuk dalam input dapat berupa jumlah dan
tipe perawat dalam unit keperawatan.
Hubungan
antara pelayanan keperawatan pada tiap pasien dengan tipe perawat dapat
ditampilkan dalam fungsi berikut ini:
Qnpc = f (RNs, LPNs, ADs, UN)
|
Keterangan :
Qnpc = Quantity of nursing patient care (kuantitas
pelayanan keperawatan pasien)
RNs = Registered Nurse (Perawat yang terdaftar)
LPNs = Licensed Practical Nurse (Perawat yang telah
terlisensi/tersertifikasi)
Ads = Nursing Aides (pembantu perawat)
UN =
The type of nursing unit (Unit atau tipe perawatan)
Dari persamaan
di atas dapat diketahui bahwa dalam pelayanan keperawatan dipengaruhi oleh
perawat yang mahir, sudah memiliki surat ijin praktek, sudah bisa mandiri
sebagai perawat panggilan (RNs), pembantu perawat (AD), perawat praktek yang
masih harus dinaungi oleh institusi (LPN), serta unit atau tipe perawatan (UN).
RNs, AD, dan LPN terkategori dalam man, sedangkan UN terkategori dalam machine.
Dari kesimpulan di atas dapat dirumuskan bahwa faktor dominan yang mempengaruhi
Supply pelayanan kesehatan adalah man dan machine.
Pelayanan
kesehatan merupakan bisnis jasa, jadi man yang memberi pelayanan (man sebagai
pemberi jasa). Man pada pelayanan kesehatan memiliki kompetensi secara khusus.
Kompetensi ini meliputi keterampilan, kemampuan yang disertai kewenangan yang
dilindungi undang-undang.
Machine dalam
pelayanan kesehatan dapat berupa fasilitas ataupun sarana khusus untuk
pelaksanaan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan, seperti dental chair, X-ray,
tempat tidur rumah sakit, dan lain-lain.
Dalam mencapai
efisiensi dari Supply dalam pelayanan kesehatan, kombinasi input yang tepat
sangat diperlukan. Contohnya pada pelayanan keperawatan di atas, satu
orang LPNs tidak dapat menggantikan satu
orang RNs. RNs mungkin memiliki keahlian yang lebih sebagai hasil dari pelatihan
tambahan mereka. Oleh karena itu, LPNs mungkin dapat menggantikan sebagian
pekerjaan dari RNs, namun tidak bisa semuanya. Kombinasi antara berbagai jenis
tenaga kesehatan sangat penting untuk ditentukan dengan tepat oleh para
pengambil keputusan, karena dapat meminimalkan biaya penyediaan keperawatan.
Meskipun
faktor dominan yang mempengaruhi Supply pelayanan kesehatan adalah Man dan
Machine, faktor yang termasuk dalam
6M, 2T, 1I dan faktor lainnya tetap tidak boleh
dihilangkan. Bila salah satu faktor produksi tidak ada, maka output juga akan
menjadi produk atau pelayanan kesehatan yang tidak maksimal.
2.8 Elastisitas Supply
Dalam Pelayanan Kesehatan
Elastisitas
adalah ukuran respons jumlah penawaran terhadap perubahan salah satu
penentunya. Elastisitas
penawaran/supply (Es) yaitu presentase perubahan jumlah barang yang ditawarkan
akibat terjadinya perubahan harga itu sendiri. Supply dalam pelayanan kesehatan bersifat relatif
inelastis. Kondisi supply inelastis pada pelayanan kesehatan karena, peningkatan
biaya yang harus dikeluarkan oleh penerima pelayanan kesehatan lebih besar
sementara pelayanan kesehatan yang dapat
diberikan lebih sedikit seperti yang terlihat pada kurva di bawah ini
(Gambar 2.1) menggambarkan kondisi supply pelayanan kesehatan.
Penyebab supply pelayanan
kesehatan relatif inelastis adalah penyedia pelayanan kesehatan tidak berusaha
untuk meminimalkan biaya pengeluaran pemberian pelayanan kesehatan dan atau
penyedia pelayanan kesehatan sulit mengubah / mencari sumberdaya yang diperlukan
untuk menyediakan pelayanan kesehatan.
(Inelastis sempurna)
(Inelastis)
Price
Q/T
Kuantitas pelayanan medis
Gambar 2.1. Kurva Inelastis sempurna dan Inelastis pada Supply
Pelayanan
Kesehatan
Sebagai contoh yaitu di poli gigi, penawaran pelayanan kesehatan gigi
sangat ditentukan oleh faktor produksi seperti dokter gigi dan dental chair.
Suatu saat harga yang ditawarkan di pelayanan kesehatan di poli gigi
naik, maka kenaikan harga tersebut tidak mempengaruhi kuantitas jumlah pasien
yang dapat diperiksa di poli gigi. Hal ini dikarenakan jumlah man dan machine
berupa dokter gigi dan dental chair terbatas, sehingga meskipun biaya periksa
per pasien naik, maka dokter gigi tetap tidak bisa memaksakan untuk melayani
lebih banyak pasien dari supply maksimumnya. Selain itu, provider pelayanan
kesehatan tidak mungkin menambah jumlah dokter gigi dan dental chair dalam
jangka waktu pendek.
Dari penjelasan contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa kurva elastisitas supply pelayanan kesehatan adalah inelastis.
Sebab perubahan harga tidak mempengaruhi perubahan kuantitas pelayanan yang
ditawarkan.
2.8.1 Faktor Penentu Elastisitas Penawaran
Dua faktor yang penting dalam menentukan
elasisitas penawaran pada
pelayanan kesehatan, yaitu :
a.
Sifat Perubahan Biaya Produksi
Penawaran
akan tidak bersifat elastis apabila kenaikan penawaran hanya dapat dilakukan
dengan mengeluarkan biaya yang sangat tinggi. Bila biaya tambahan yang dikeluarkan tidak terlalu
tinggi, penawaran akan bersifat elastis.
a.
Jangka Waktu Analisis
Dalam
menganalisis pengaruh waktu kepada elastisitas penawaran, dibedakan atas 3
jenis jangka waktu, yaitu :
1) Masa
sangat singkat, yaitu : masa waktu dimana para provider kesehatan tidak dapat
merubah penawarannya (penawaran bersifat tidak elastis sempurna). Contohnya:
ketika harga di suatu poli mata di naikkan, namun pasien yang dapat di tangani
tetap dikarenakan jumlah alat medis dan dokter yang menangani terbatas. Maka
jumlah pasien yang mendapat pelayanan kesehatan tidak berubah sama sekali.
2) Jangka
Pendek, dimana kapasitas alat-alat produksi yang ada tidak dapat ditambah,
kenaikan produksi dilakukan dengan cara menggunakan faktor - faktor produksi
secara lebih intensif. (penawaran bersifat tidak elastis) contohnya: ketika
harga di suatu poli mata di naikkan serta menambahkan waktu jam buka pasien sedikit lebih lama dari
yang biasanya, namun jumlah alat medis
dan dokter yang menangani tetap terbatas. Maka pelayanan kesehatan yang akan di tawarkan kepada
pasien akan sedikit meningkat dari biasanya.
3) Jangka Panjang, produksi dan jumlah barang
yang ditawarkan dapat dengan mudah ditambah dalam jangka panjang (penawaran
bersifat elastis) contohnya: setelah merekrut dokter umum, lalu menjadikan sebagai pegawai
tetap selanjutnya sekolahkan dia, dengan begitu dokter yang sudah lama praktek
di klinik tersebut sudah ada penggantinya selain itu, menjalin kerjasama antara
ntar para dokter yang sudah tersertifikasi juga penting.
2.9 Cara Menghitung Supply
Maksimal pada Industri Pelayanan Kesehatan
Dalam bidang kesehatan, cara
menghitung Supply maksimum dapat diterapkan dalam 3 jenis pelayanan, antara
lain rawat jalan, penunjang medis, dan rawat inap sebagai berikut :
1.
Rawat jalan (pelayanan poli
gigi)
Di Puskesmas Oro-Oro Ombo
Madiun, lama pelayanan poli gigi rata-rata 40 menit per pasien dengan jumlah
dentist chair sebanyak dua unit. Jam buka layanan mulai pukul 08.00 sampai
13.00, (5 jam) maka perhitungan supply maksimum adalah sebagai berikut :
a.
Identifikasi sumber daya
Sumber daya yang dibutuhkan dalam pelayanan poli gigi
Puskesmas Oro-Oro Ombo Madiun antara lain :
1)
Man : 2 dokter gigi umum dan 1 staff administrasi
2)
Material : obat-obatan, bahan penambal gigi, kapas, dan
lainnya
3)
Machine : 2 set dentist chair
4)
Market : Seluruh masyarakat di wilayah kerja puskesmas
5)
Technologi : Orthodental tool
6)
Time : 5 jam per hari selama 24 hari kerja dalam 1 bulan
7)
Information : Poster berisi informasi identitas dokter gigi,
waktu pelayanan, jam buka poli
b.
Identifikasi sumber daya yang paling dominan dalam pemberian
pelayanan
Sumber daya yang paling
dominan dalam pemberian pelayanan untuk pasien adalah unit dentist chair dan
jumlah dokter gigi yang tersedia. Sedangkan sumberdaya lain diasumsikan telah
tersedia. Dentist chair merupakan alat utama dalam pelayanan di poli gigi.
Sedangkan dokter gigi memiliki peran dominan untuk melakukan pemeriksaan kepada
pasien.
c.
Identifikasi waktu yang tersedia dalam 1 periode
Jam buka puskesmas perhari
adalah 5 jam x 24 hari (hari aktif dalam 1 bulan) = 120 jam
d.
Identifikasi waktu untuk 1 kali pelayanan
1 kali pelayanan membutuhkan
waktu 40 menit.
e.
Menghitung supply maksimum yaitu :
per bulan
Keterangan :
Perhatikan pada jumlah alat
dan nakes. Misalnya ada 2 dokter gigi, namun hanya memiliki 1 set dentist
chair, maka jumlah alat dan nakes tetap dihitung 1. Atau sebaliknya ada 2 set
dentist chair, namun hanya ada 1 dokter gigi, maka jumlah alat dan nakes juga
tetap dihitung 1. Baru apabila dokter gigi dan dentist chair masing-masing ada
2, maka jumlah alat dan nakes baru dihitung 2.
Jadi jumlah maksimum pasien
yang dapat diperiksa oleh Poli gigi Puskesmas Oro-Oro Ombo Madiun adalah 180
pasien per bulan.
2.
Penunjang Medis (Radiologi)
a.
Identifikasi sumber daya
Sumber daya yang dibutuhkan dalam pelayanan radiologi antara
lain :
1)
Man : 1 orang radiolog dan 1 staff administrasi
2)
Material : baju ronsen, negatif
3)
Machine : 1 unit X-Ray Machine
4)
Market : Masyarakat umum
5)
Time : 8 jam per hari selama 20 hari kerja dalam 1 bulan
6)
Information : Poster berisi informasi penggunaan baju khusus
ronsen, waktu pelayanan, jam buka poli
b.
Identifikasi sumber daya yang paling dominan dalam pemberian
pelayanan
Sumber daya yang paling dominan dalam pemberian pelayanan
untuk pasien adalah unit X-Ray Machine dan radiolog tersedia. Sedangkan
sumberdaya lain diasumsikan telah tersedia. X-Ray Machine merupakan alat utama
dalam pelayanan di radiologi. Sedangkan radiolog juga memiliki peran dominan
sebagai tenaga ahli yang bertugas untuk mengoperasikan alat.
c.
Identifikasi waktu yang tersedia dalam 1 periode
Jam buka poli perhari adalah 8 jam perhari x 20 hari (hari
aktif dalam 1 bulan) = 160 jam.
d.
Identifikasi waktu untuk 1 kali pelayanan
1 kali pelayanan membutuhkan waktu 30 menit.
e.
Menghitung supply
maksimum :
=
per bulan
Keterangan :
Perhatikan pada jumlah alat
dan nakes. Perhitungannya sama seperti pada rawat jalan. Man dan machine
keduanya harus ada dan jumlahnya sama. Jadi jumlah maksimum pasien yang dapat
diperiksa oleh pelayanan radiologi adalah 320 pasien per bulan.
3.
Rawat Inap
a.
Identifikasi sumber daya
Sumber daya yang dibutuhkan
dalam pelayanan rawat inap puskesmas antara lain:
1)
Man : 2
dokter umum dan 4 perawat
2)
Material : obat,
infus, selimut, seprei, oksigen, dan lainnya
3)
Machine : tempat
tidur (20)
4)
Market :
Seluruh masyarakat di wilayah kerja puskesmas
5)
Time : 24
jam per hari dalam 1 bulan
6)
Information : Poster berisi informasi jam besuk
b.
Identifikasi sumber daya yang paling dominan dalam pemberian
pelayanan
Sumber daya yang paling
dominan dalam pemberian pelayanan rawat inap untuk pasien adalah jumlah tempat
tidur. Sedangkan sumberdaya lain diasumsikan telah tersedia.
c.
Identifikasi waktu yang tersedia dalam 1 tahun
24 jam x 365 hari = 8760 jam
d.
Identifikasi waktu untuk 1 kali pelayanan
Rata-rata lama perawatan
seorang pasien (AvLOS) di rawat inap adalah 6 hari.
e.
Menghitung Supply
maksimum
Menghitung supply maksimum dapat dihitung dengan cara
:
Bor optimal (%) = Jumlah hari x 100%
Jumlah tempat tidur x 365
75 % = Jumlah hari x 100%
20 tempat tidur x 365
Jumlah hari = 5475
Rata-rata lama perawatan pasien = 6 hari
Jumlah pasien = 5475
6
= 912,5 ≈ 913 pasien
Jadi jumlah maksimum pasien yang dapat dirawat dengan
adanya 20 tempat tidur dan rata-rata lama perawatan 6 hari adalah 913 pasien
per tahun.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Permintaan
(demand) pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
diinginkan oleh pasien yang disertai juga dengan daya beli yang dimiliki oleh
pasien tersebut. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen
terhadap pelayanan medis baik dari segi pasien maupun dari pihak pemberi
layanan medis meliputi kejadian sakit, karakteristik budaya dan demografi,
faktor ekonomi, efisiensi dari pelayanan medis dan penawaran harga.
Demand pelayanan kesehatan berbeda dengan
demand bidang ekonomi disebabkan karena
pelayanan kesehatan merupakan derived
demand sebagai input untuk
menghasilkan kesehatan dan peran provider dalam pelayanan kesehatan sebagai
advisor dan supplier. Sehingga konsumen
pelayanan kesehatan dalam kedudukan lemah karena apa yang dibeli ditentukan
oleh pemberi jasa layanan kesehatan.
Elastisitas
menunjukkan hubungan antara kuantitas yang diminta oleh konsumen dengan harga,
serta berbagai hal yang berhubungan dengan factor ekonomi. Elastisitas demand
pelayanan kesehatan bersifat inelastic karena semakin tinggi harga pelayanan
kesehatan maka demand pada pelayanan kesehatan akan menurun, tetapi penurunan
permintaan tidak sebesar kenaikan harga. Adapun konsekuensi elastisitas demand
pada pelayanan kesehatan apabila saat kondisi inelastis terjadi adalah dengan
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan agar dapat bersaing dengan intitusi
kesehatan yang lain dalam mendapatkan pelanggan. Selain itu, konsekuensi yang
dapat dilakukan saat kondisi pemintaan pelayanan kesehatan elastis adalah
dengan meningkatkan pelayanan dan penambahan teknologi kesehatan.
Nilai guna pelayanan kesehatan dapat dilihat dari kualitas
pelayanan kesehatan sehingga akan membentuk sebuah kepuasan pelanggan. Kualitas
pelayanan kesehatan bersifat multi dimensi.
Supply atau Penawaran adalah hubungan antara harga dan
jumlah barang yang ditawarkan. Hukum
penawaran menyatakan bahwa jumlah barang atau jasa yang ditawarkan berhubungan
secara langsung dengan harga barang atau jasa tersebut, dengan hal lain
diasumsikan konstan. Supply maksimum
adalah jumlah maksimum atau kemampuan maksimum atau kapasitas maksimum barang atau jasa yang
dapat dihasilkan dalam periode tertentu.
Supply dalam
pelayanan kesehatan adalah penyediaan pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada individu oleh berbagai kombinasi tenaga pelayanan kesehatan (seperti
dokter, perawat, teknisi, dan para asistennya) dan fasilitas (seperti rumah
sakit, klinik rawat jalan, dan laboratorium klinis). Faktor yang mempengaruhi
Supply dalam pelayanan kesehatan yaitu fungsi penawaran dan fungsi produksi
yang melputi 6M, 2T, 1I. Faktor
dominan yang mempengaruhi supply dalam pelayanan kesehatan adalah man dan machine. Kurva Supply dalam pelayanan
kesehatan cenderung bersifat inelastis. Cara pengukuran supply maksimum dalam pelayanan kesehatan dapat diterapkan pada rawat jalan, penunjang medis, dan rawat
inap.
3.2
Saran
Makalah tentang
demand dan supply pelayanan kesehatan ini sebaiknya direvisi sesuai dengan
perkembangan ilmu ekonomi, sehingga dapat menambah ilmu
pengetahuan khususnya tentang supply
elastisitas supply maksimum dalam pelayanan kesehatan dan supply dalam pelayanan
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Kelompok 4. 2012. Supply dalam Pelayanan Kesehatan.
Surabaya: Universitas Airlangga
fk.uns.ac.id/static/materi/Ekonomi_Kesehatan_-_Prof_Bhisma_Murti.pdf
Buku Kumpulan Materi Kuliah Ekonomi Kesehatan tahun
2006 FKM UNAIR
Makalah Dasar Ilmu Ekonomi Supply tahun 2010 FKM UNAIR
Makalah Ekonomi Kesehatan Review Supply tahun 2011 FKM
UNAIR
Makalah Ekonomi Kesehatan
Supply Pelayanan Kesehatan dan Perhitungan Supply Maksimum di Bidang Pelayanan
Kesehatan tahun 2010 FKM UNAIR
http://www.cbo.gov/ftpdocs/99xx/doc9924/Chapter5.9.1.shtml
diakses tanggal 11 Oktober 2011 ; pukul 10.20