Rabu, 18 Juni 2014

tips hidup sehat dari RAsulullah dan Al-kitabiah

TIPS HIDUP SEHAT DARI RASULULLAH SAW
JENIS MAKANAN

             Rupanya tanpa kita sadari, dalam makanan yang kita makan sehari-hari, kita tak boleh sembarangan. Hal inilah penyebab terjadinyaberbagai penyakit antara lain penyakit kencing manis, lumpuh, sakit jantung, keracunan, dan lain-lainnya. Apabila anda telah mengetahui ilmu ini, tolonglah ajarkan kepada yang lainnya.
            Ini pun adalah tips hidup sehat Rasulullah SAW. Ustadz Abdullah mahmood mengungkapkan, Rasulullah tak pernah sakit perut sepanjang hayatnya karena pandai menjaga makanannya sehari-hari. Insya Allah kalu anda ikuti tips Rasulullah ini, anda takkan menderita sakit perut ataupun keracunan makanan. Malahan anda akan mendapatkan pahala karena menjalankan Sunnah Rasulullah SAW:
  • Jangan makan SUSU bersama DAGING
  • Jangan makan DAGING bersama IKAN
  • Jangan makan IKAN bersama SUSU
  • Jangan makan AYAM bersama SUSU
  • Jangan makan IKAN bersama TELUR
  • Jangan makan IKAN bersama DAUN SALAD
  • Jangan makan SUSU bersama CUKA
  • Jangan makan BUAH bersama SUSU, contoh : KOKTEL
CARA MAKAN
  • Jangan makan buah setelah makan nasi, sebaliknya jangan makanlah buah terlebih dahulu, baru makan nasi.
    • Tidur 1 jam setelah makan tengah hari.
    • Jangan sesekali tinggal makan malam. Barang siapa yang tinggal makan malam dia akan dimakan usia dan kolesterol dalam badan akan berganda.
      Saudaraku sekalian, biasakan lah cara makan kita seperti adab makannya Rasulullah SAW. Insya Allah hidup sehat dan berkah. Pengaruhnya tidak jangka pendek. Akan berpengaruh jika kita sudah tua nanti.
Dalam kitab juga melarang kita makan-makanan darat bercampur dengan makanan laut.
Nabi pernah mencegah kita makan ikan bersama susu, karena akan cepat mendapat penyakit. Ini terbukti oleh ilmuwan yang menemukan bahwa dalam daging ayam mengandung ion+ sedangkan dalam ikan mengandung ion-, jika dalam makanan kita, ayam bercampur dengan ikan maka akan terjadi reaksi biokimia yang dapat merusak usus kita.
Al-Qur’an juga mengajarkan kita menjaga kesehatan seperti membuat amalan antara lain :
  • Mandi pagi sebelum shubuh, sekurang-kurangnya sejam sebelum matahari terbit. Air sejuk yang meresap kedalam badan dapat mengurangi penimbunan lemak. Kita boleh saksikan orang yang mandi pagi kebanyakan badan tak gemuk.
  • Rasulullah SAWmengamalkan minum segelas air sejuk (bukan air es) setiap pagi. Mujarabnya Insya Allah jauh dari penyakit (susah mendapat sakit).
  • Waktu sembahyang shubuh disunatkan kita bertafakur (yaitu sujud sekurang-kurangnyasemenit setelah membaca do’a). Kita akan terhindar dari sakit kepala atau migrain. Ini terbukti oleh para ilmuwan yang membuat kajian kenapa dalam sehari perlu kita sujud. Ahli-ahli sains telah menemukan beberapa milimeter ruang udara dalam saluran darah di kepala yang tidak dipenuhi darah. Dengan bersujud maka darah akan mengalir ke ruang tersebut.
  • Nabi juga mengajarkan kita makan dengan tangan dan bila habis hendaklah menjilat jari. Begitu juga ahli saintis telah menemukan bahwa enzim banayk terkandung di celah jari-jari, yaitu 10 kali ganda terdapat dalam air liur (enzim sejenis alat pencerna makanan).

Sabda Nabiyyuna Muhammad SAW, “ilmu itu milik Allah, barang siapa menyebarkan ilmu demi kebaikan Insya Allah, Allah akan menggandakan 10 kali kepadanya”.

 10 TIPS HIDUP SEHAT SECARA ALKITABIAH
  1. Bersukacita senantiasa
Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang (amsal 17:22).
2. Berusahalah menjaga kekudusan dan mengejar kebenaran dalam tingkah laku.
Ada orang-orang menjadi sakit oleh sebab kelakuan mereka yang berdosa, dan disiksa oleh sebab kesalahan-kesalahan mereka. (mazmur 107: 17)

3. Perkatakan sesuatu yang baik dan positif
Perkataan yang menyenagkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang. (amsal 16:24)

4. Jangan menyimpan sakit hati
  • Sesungguhnya, orang bodoh dibunuh oleh sakit hati, dan orang bebal dimatikan oleh iri hati. (ayub 5:2)
  • Yang lain mati dengan sakit hati, dengan tidak pernah merasakan kenikmatan. (ayub 21:25)
  • Mataku mengidap karena sakit hati, rabun karena semua lawanku. (mazmur 6:7)
5. Banyak makan sayuran (belajar seperti kambing yang makan rumput yang tidak pernah mengalami penyakit kronis seperti : kanker, gagal ginjal, kolesterol, dll)
“adakanlah percobaan dengan hamba-hambamu ini selama sepuluh hari dan biarlah kami diberikan sayur untuk dimakan dan air untuk diminum. Setelah lewat sepuluh hari , ternyata perawakan mereka lebih baik dan mereka kelihatan lebih gemuk daripada semua orang muda yang telah makan dari santapan raja.
            Kemudian penjenang itu selalu mengambil makanan mereka dan  anggur yang harus mereka minum, lalu memberikan sayur kepada mereka. (Daniel 1:12-16)

6. Banyak Makan Buah-Buahan
     Pada kedua tepi sungai itu tumbuh bermacam-macam pohon buah-buahan, yang daunnya tidak layu dan buahnya tidak habis-habis ; tiap bulan ada lahi buahnya yang baru, sebab pohon-pohon itu mendapat air dari tempat kudus itu. Buahnya menjadi makanan dan daunnya menjadi obat. (Yahezkiel 47:12)

7. Makanlah Madu
  • Tetapi Yonatan tidak mendengar, bahwa ayahnya telah menyuruh rakyat  bersumpah. Ia mengulurkan tongkat yang ada di tangannya dan mencelupkan ujungnya ke dalam sarang madu; kemudian ia mencedoknya ke mulutnya dengan tangan, lalu matanya menjadi terang lagi.(Samuel 14:27)
  • Anakku, makanlah madu, sebab itu baik dan tetesan madu manis untuk langit-langit mulutmu.  Amsal

8. Minum Sedikit Anggur
Janganlah lagi minum air saja, melainkan tambahkanlah anggur sedikit, berhubung pencernaan mu terganggu dan tubuh mu sering lemah. (1Timotius 5:23)

9. Dalam zaman dulu, roti atau manna dan ikan menjadi salah satu yang menjadi makanan sehari –hari bagi orang Israel. Yang dimaksud roti disini adalah roti gandum yang berwarna kecoklatan. Ada juga Manna, ada juga ikan dimana yesus juga menyantapnya.
  • Adapun manna itu seperti ketumbar dan kelihatannya seperti damar bedolah.
Bbangsa itu berlari kian kemari untuk memungutnya, lalu menggilingnya dengan batu kilangan atau menumbuknya dengan lumpang. Mereka memasaknya dalam periuk dan membuatnya menjadi roti bundar; rasanya seperti panganan yang digoreng. Bilangan 11:7-8
  • Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannnya di depan mata mereka. Lukas 24: 42-43

10.  Minyak Zaitun Murni
Tidak ditulis secara detail dalam Alkitab. Menurut buku yang ditulis oleh Benny Hinn, minyak zaitun murni sangat baik untuk kesehatan. Berbeda dengan minyak goreng yang beredar seperti sekarang ini. Harganya pun cukup mahal.





Zakia, Nayla. 2009. Tips Sehat Setiap Hari. Moncer Publisher: Yogyakarta

Rabu, 04 Juni 2014

demand dan supply pelayanan kesehatan afrina t.oinan

PENGANTAR ILMU EKONOMI
Demand dan Supply Pelayanan Kesehatan
Dosen Pembimbing : Abdi, S.E


OLEH :

· 
·         Afrina T. Oinan
·   




STIKes HANG TUAH PEKANBARU
PEKANBARU
T.A 2013 - 2014


KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur Kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, bimbingan dan hidayah-Nya. Sehingga Makalah yang berjudul “Demand dan Supply Pelayanan Kesehatan” ini dapat Kami selesaikan dengan baik.
            Melalui makalah ini, Kami berharap pembaca dapat mengetahui tentang Makroekonomi khususnya pembahasan tentang Demand dan Supply .

Pada kesempatan ini, Kami juga berterimakasih kepada :
1        Bapak Abdi, S.E . Selaku dosen Pengantar Ilmu Ekonomi.
2        semua pihak yang telah membantu Kami dalam penyelesaian penulisan Makalah ini.
            Seperti ungkapan, “Tak ada gading yang tak retak”, begitu pula dengan penulisan makalah yang sangat jauh dari sempurna ini. Kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca untuk memperbaiki kualitas makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan.



Pekanbaru,  Mei 2014

                                                                                                                                                                                                                                                Penyusun






DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................      i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................      ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................     1
1.1  Latar Belakang ..................................................................................................     1
1.2  Rumusan Masalah...............................................................................................    2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................   4
2.1 Tinjauan Pustaka ..................................................................................................  4

BAB III PENUTUP ................................................................................................  38
3.1 Kesimpulan .........................................................................................................  38
3.2 Kritik dan Saran.....................................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................   40



BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pada dasarnya kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan tinggi rendahnya standar hidup seseorang. Status kesehatan yang baik dibutuhkan oleh manusia untuk menopang semua aktivitas hidup. Setiap individu akan berusaha mencapai status kesehatan tersebut dengan menginvestasikan dan atau mengkonsumsi sejumlah barang dan jasa kesehatan. Maka untuk mencapai kondisi kesehatan yang baik tersebut dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula.
Teori ekonomi mikro tentang permintaan (demand) jasa pelayanan kesehatan menyebutkan bahwa harga berbanding terbalik dengan jumlah permintaan jasa pelayanan kesehatan. Teori ini mengatakan bahwa jika jasa pelayanan kesehatan merupakan normal good, makin tinggi income keluarga maka makin besar demand terhadap jasa pelayanan kesehatan tersebut. Sebaliknya jika jenis jasa pelayanan kesehatan tersebut merupakan inferior good, meningkatnya pendapatan keluarga akan menurunkan demand terhadap jenis jasa pelayanan kesehatan tersebut.
Nilai guna pelayanan kesehatan dapat dilihat dari kualitas pelayanan kesehatan sehingga akan membentuk sebuah kepuasan pelanggan. Kualitas pelayanan  kesehatan bersifat multi dimensi. Ditinjau dari pemakai jasa pelayanan kesehatan (health consumer) maka pengertian kualitas pelayanan lebih terkait pada ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi antara  petugas dengan pasien,   keprihatinan   serta   keramahtamahan   petugas   dalam   melayani   pasien,  kerendahan hati dan kesungguhan. Ditinjau dari penyelenggara pelayanan kesehatan (health provider) maka kualitas pelayanan lebih terkait pada kesesuaian pelayanan yang   diselenggarakan   dengan   perkembangan   ilmu   dan   teknologi   kedokteran  mutakhir. Hal ini terkait pula dengan otonomi yang dimiliki oleh masing-masing profesi dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Dalam ekonomi terdapat permintaan (demand) dan penawaran (supply) yang saling bertemu dan membentuk satu titik pertemuan dalam satuan harga dan kuantitas (jumlah barang). Setiap transaksi perdagangan pasti ada permintaan, penawaran, harga dan kuantitas yang saling mempengaruhi satu sama lain. Permintaan dan penawaran adalah berasal dari dua pihak yang berbeda. Permintaan berasal dari konsumen sedangkan penawaran berasal dari produsen. Di pasar, kedua hal yang memiliki kepentingan yang berlawanan ini akan saling berinteraksi.
Hukum penawaran menunjukkan sifat hubungan antara tingkat harga dan jumlah barang atau jasa yang ditawarkan oleh produsen. Hukum penawaran menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat harga suatu barang, maka semakin banyak jumlah barang yang ditawarkan produsen. Sebaliknya, semakin rendah tingkat harga suatu barang, semakin sedikit pula jumlah barang yang ditawarkan produsen. Hukum penawaran berlaku dengan syarat faktor lain selain harga yang memengaruhi dianggap tetap (ceteris paribus).

Supply pelayanan kesehatan merupakan derivate (turunan) dari supply pada umumnya. Dengan demikian supply pelayanan kesehatan juga merupakan fungsi produksi dimana yang mempengaruhi supply adalah faktor internal organisasi. Fungsi produksi menjelaskan hubungan antara hasil/output dari pelayanan yang diberikan dengan input atau sumber daya yang dimiliki. Dalam ilmu ekonomi, faktor yang mempengaruhi fungsi produksi adalah sumber daya yang digunakan saat memproduksi barang dan jasa.

1.2. Rumusan Masalah
a.       Apa pengertian demand dalam pelayanan kesehatan?
b.      Apa saja faktor yang mempengaruhi demand dalam pelayanan kesehatan?
c.       Apa perbedaan demand pelayanan kesehatan dengan demand produk secara umum?
d.      Bagaimana elastisitas demand pelayanan kesehatan dan konsekuensinya?
e.       Apa yang dimaksud utility dalam pelayanan kesehatan dan bagaimana cara pengukurannya?
f.       Apakah yang dimaksud dengan Supply Pelayanan Kesehatan ?
g.      Bagaimana bentuk kurva Supply Pelayanan Kesehatan?
h.      Faktor apa saja yang dapat memengaruhi Supply Pelayanan Keehatan?
i.        Bagaimanakah cara menghitung Supply Maksimal pada pelayanan kesehatan?



1.3. Tujuan
a.       Memahami tentang demand dalam pelayanan kesehatan.
b.      Mempelajari faktor – faktor yang mempengaruhi demand dalam pelayanan kesehatan.
c.       Mempelajari perbedaan demand dalam pelayanan kesehatan dengan demand produk secara umum.
d.      Mempelajari elastisitas demand dalam pelayanan kesehatan dan konsekuensinya.
e.       Mempelajari tentang utility dalam pelayanan kesehatan dan cara pengukurannya.
f.       Mempelajari definisi dari Supply Pelayanan Kesehatan.
g.         Mempelajari bentuk kurva Supply Pelayanan Kesehatan.
h.    Dapat mempelajari faktor yang dapat mempengaruhi Supply Pelayanan Kesehatan.
i.      Mempelajari cara menghitung Supply Maksimal pada industri Pelayanan Kesehatan.



















BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Demand Pelayanan Kesehatan
Demand (permintaan) adalah keinginan yang disertai dengan daya beli. Menurut (Kotler dan Andersen, 1995), permintaan adalah keinginan terhadap produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan kesediaan untuk membeli. Demand atau permintaan adalah jumlah dari suatu barang yang mau dan mampu dibeli pada berbagai kemungkinan harga, selama jangka waktu tertentu, dengan anggapan berbagai hal lain tetap sama (ceteris paribus). Mau dan mampu di sini memiliki arti betapapun orang berkeinginan atau membutuhkan sesuatu, kalau ia tidak mempunyai uang atau tidak bersedia mengeluarkan uang sebanyak itu untuk membeli, maka keinginan tersebut belum disebut permintaan. Namun ketika keinginan atau kebutuhan disertai dengan kemauan dan kemampuan untuk membeli dan didukung oleh uang yang cukup untuk membayar maka akan disebut permintaan. Dengan demikian permintaan adalah kebutuhan dan keinginan yang didukung oleh daya beli.
Permintaan (demand) pelayanan kesehatan adalah Pelayanan yang sesungguhnya dibeli oleh customer pelayanan kesehatan, dalam hal ini adalah pasien.  Permintaan tersebut dipengaruhi oleh pendapat medis dari dokter, dan juga faktor lain seperti pendapatan dan harga obat. Model dari Cooper Posnett (1988) dalam Palutturi (2005), Permintaan (demand) pelayanan kesehatan merupakan keinginan untuk lebih sehat diwujudkan dalam perilaku mencari pertolongan tenaga kedokteran. Jadi dapat disimpulkan bahwa, Permintaan (demand) pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pasien yang disertai juga dengan daya beli yang dimiliki oleh pasien tersebut.

2.2  Faktor yang Mempengaruhi Demand Pelayanan Kesehatan
Menurut Michael Grossman dalam health care economics second edition , Konsumen memiliki 2 alasan dalam hal permintaan terhadap kesehatan yaitu:
a.              Kesehatan sebagai komuditas konsumsi
Kesehatan merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh konsumen dimana dengan kesehatan itu sendiri konsumen merasa lebih baik. Dengan kesehatan itu sendiri, konsumen dapat melakukan aktivitas fisik dengan leluasa tanpa ada gangguan dr kesehatan mereka sendiri.
b.             Kesehatan sebagai sebuah investasi
Kondisi kesehatan akan menentukan jumlah waktu yang tersedia untuk seseorang. Lama waktu seseorang sakit akan berpengaruh pada jumlah waktu yang dapat ia lakukan untuk bekerja dan melakukan aktivitas lainnya. Selain itu, sakit dapat menyebabkan seseorang kehilangan penghasilannya akibat tidak dapat bekerja selama ia sakit.
Variasi didalam permintaan terhadap pelayanan medis dapat dikatagorikan menjadi faktor dari pasien sendiri dan dari faktor pemberi layanan medis. Permintaan pasien terhadap pelayanan medis antara lain adalah permintaan dalam hal pelayanan (treatment) , tipe pengobatan, dan hasil dari banyaknya jumlah pengobatan dan tipe pengobatan yang dilakukan serta kualitas dari pengobatan medis itu sendiri. Sedangkan factor dari pihak medis adalah bagaimana memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pasien dan memberikan kualitas pelayanan yang baik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap pelayanan medis baik dari segi pasien maupun dari pihak pemberi layanan medis:
1.             Faktor yang mempengaruhi permintaan pasien terhadap pelayanan medis
Pasien merupakan konsumen paling penting dalam jasa kesehatan dimana pasien ini akan mempengaruhi jumlah permintaan terhadap pelayanan kesehatan serta menentukan kualitas dari pelayanan kesehatan bersangkutan.
a)    Kejadian sakit (incidence of illness)
Kejadian sakit yang diderita oleh masing-masing individu berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin. Semakin bertambahnya usia, maka jumlah kejadian sakit dan kematian akan semakit meningkat dimana penyakit pada setiap pertambahan usia akan beresiko untuk menderita peyakit kronis sehingga pelayanan kesehatan akan semakin dibutuhkan. Dari segi jenis kelamin, terdapat kebutuhan pelayanan kesehatan antara laki-laki dan perempuan. Kebutuhan perempuan akan pelayanan kesehatan lebih tinggi dibandingkan laki-laki disebabkan karena kebutuhan  untuk obstetri (persalinan).



b)   Karakteristik budaya dan demografi (culturaldemographic characteristics)
1)   Jenis kelamin.
Meskipun pengeluaran untuk pemanfaatan pelayanan kesehatan yang kurang lebih sama untuk kedua jenis kelamin pada tahun-tahun awal, ada perbedaan dalam kebutuhan pelayanan kesehatan antara pria dan wanita. Di kemudian hari, pengeluaran yang dikeluarkan oleh perempuan melebihi dari yang dikeluarkan oleh laki-laki terutama karena biaya kandungan.
2)   Usia.
Hubungan antara umur dan penggunaan pelayanan medis, bagaimanapun tidak linier juga tidak sama untuk setiap jenis pelayanan kesehatan. Karena semakin bertambah usia akan semakin membutuhkan pelayanan kesehatan.
3)   Status perkawinan dan jumlah anggota keluarga.
Seseorang dengan status belum menikah lebih banyak menggunakan pelayanan rumah sakit dibandingkan dengan seseorang yang sudah menikah. Selain status perkawinan, jumlah orang dalam keluarga juga mempengaruhi permintaan untuk pelayanan kesehatan. Orang yang belum berkeluarga umumnya menggunakan perawatan di rumah sakit lebih dari yang dilakukan oleh orang yang sudah menikah. Ketersediaan orang di rumah untuk merawat seseorang mungkin pengganti hari tambahan  di rumah sakit. Besarnya keluarga juga mempengaruhi permintaan, sebuah keluarga besar memiliki pendapatan per kapita yang lebih rendah (meskipun tidak selalu proporsional kurang) daripada sebuah keluarga kecil dengan pendapatan yang sama.
4)   Pendidikan.
Pendidikan juga diyakini dapat mempengaruhi permintaan pelayanan medis. Sebuah jumlah yang lebih besar dari pendidikan di rumah tangga dapat memungkinkan keluarga untuk mengenali gejala awal penyakit, sehingga kesediaan yang lebih besar untuk mencari pelayanan kesehatan awal. Tingginya tingkat pendidikan juga dapat menyebabkan peningkatan efisiensi dalam pembelian keluarga dan penggunaan pelayanan medis.
5)   Preferensi pasien
Preferensi yang dimiliki pasien bisa didapatkan melalui iklan, orang sekita dan dokter yang dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan yang diinginkan oleh pasien.
c)    Faktor ekonomi ( economic factors ).
1)   Pendapatan.
Sejumlah penelitian telah mengungkapkan hubungan antara pendapatan keluarga dan pengeluaran untuk pelayanan kesehatan. Ketika studi ini didasarkan pada data survey, sering ditemukan bahwa keluarga-keluarga dengan pendapatan yang lebih tinggi memiliki pengeluaran yang lebih besar untuk pelayanan kesehatan.
2)   Harga.
Hubungan tarif dengan demand terhadap pelayanan kesehatan adalah negatif. Semakin tinggi tarif maka demand akan menjadi semakin rendah. Sangat penting untuk dicatat bahwa hubungan negatif ini secara khusus terlihat pada keadaan pasien yang mempunyai pilihan. Pada pelayanan rumah sakit, tingkat demand pasien sangat dipengaruhi oleh keputusan dokter. Keputusan dari dokter mempengaruhi length of stay, jenis pemeriksaan, keharusan untuk operasi, dan berbagai tindakan medik lainnya. Pada keadaan yang membutuhkan penanganan medis segera, maka faktor tarif mungkin tidak berperan dalam mempengaruhi demand, sehingga elastisitas harga bersifat inelastik. Sebagai contoh, operasi segera akibat kecelakaan lalu lintas. Apabila tidak ditolong segera, maka korban dapat meninggal atau cacat seumur hidup.
3)   Jaminan atau asuransi kesehatan.
Asuransi dan jaminan kesehatan dapat meningkatkan demand terhadap pelayanan kesehatan, dengan demikian hubungan dari asuransi kesehatan dan jaminan kesehatan terhadap demand terhadap pelayanan kesehatan adalah bersifat positif. Pada negara maju, faktor asuransi kesehatan menjadi penting dalam hal demand pelayanan kesehatan. Sebagai contoh, di Amerika Serikat masyarakat tidak membayar langsung ke pelayanan kesehatan, tetapi melalui sistem asuransi kesehatan. Di samping itu, dikenal pula program pemerintah dalam bentuk jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin dan orang tua.
4)   Nilai waktu bagi pasien
Ketika harga pelayanan kesehatan diminimalkan maka seseorang akan mempertimbangkan penggunaan waktu seperti jauh dekatnya dengan tempat pelayanan kesehatan atau lama waktu tunggu sebelum mendapat pelayanan kesehatan juga akan mendapat perhatian dari konsumen.
2.      Faktor pihak pemberi layanan medis yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap pelayanan medis
Dalam melakukan tindakan terhadap pasien, dokter tenaga medis harus dapat menyesusaikan sumber daya keuangan pasien dan kebutuhan medis pasien sebelum melakukan tindakan medis. Pasien memiliki ilmu pengetahuan mengenai medis yang akan digunakan untuk berdiskusi dengan tenaga medis sehingga dapat mengambil keputusan perawatan seperti apa yang akan dijalani. Dalam hal ini, efisiensi dari pelayanan medis dan penawaran harga yang mempengaruhi permintaan pasien terhadap pelayanan medis.

Adapun rumus untuk demand pada pelayanan kesehatan yaitu sebagai berikut:
Qdmc =  f (insiden penyakit, provider│ karakteristik budaya - demografi, factor ekonomi, dll)
Meningkatnya demand dalam pelayanan kesehatan pada saat ini banyak  dipengaruhi oleh:
a)      Kualitas dari pelayanan kesehatan yang diberikan.
b)      Pelayanan pasca rawat inap.
c)      Performance dari pelayanan kesehatan.
d)     Kemudahan dalam penggunaan pelayanan.
e)      Sistem pembayaran.
f)       Sistem pelayanan secara keseluruhan.





2.3  Perbedaan Demand Pelayanan Kesehatan dengan Demand Produk Secara Umum
Perbedaan demand pelayanan kesehatan dengan demand produk secara umum adalah sebagai berikut,
Tabel 2.1
Perbedaan Demand pelayanan kesehatan dengan produk secara umum
Komponen Pembeda
Pelayanan kesehatan
Produk secara umum
Pengertian
Demand Pelayanan Kesehatan adalah permintaan untuk lebih sehat diwujudkan dalam perilaku mencari pelayanan kesehatan dan terkadang permintaan tersebut tidak sesuai dengan keuangan konsumen
Demand produk secara umum adalah sesuatu yang diinginkan oleh konsumen dan disesuaikan dengan kekuatan SDM yang dimiliki konsumen
Jenis
Demand turunan
Demand langsung
Faktor yang paling mempengaruhi
Insiden penyakit dan provider
Harga
Pengambil keputusan
Provider adalah penentu demand pelayanan kesehatan baik itu jenis perawatannya dan obat walaupun konsumen masih dapat menentukan dimana tempat akan mendapatkan pelayanan kesehatan akan tetapi konsumen tidak memiliki wewenag untuk menentukan jenis perawatan
Konsumen memiliki wewenang untuk memutuskan untuk membeli suatu produk atupun tidak
Tujuan
Profit dan non profit
Profit
Pengetahuan Konsumen
Asymetrik knowledge dimana wawasan dan pengetahuan dokter jauh diatas konsumen
Pengetahuan konsumen bisa saja sama dengan produsen atau bisa lebih rendah

Demand  pelayanan kesehatan berbeda dengan demand  bidang ekonomi disebabkan oleh:
1.             Pelayanan kesehatan merupakan derived demand maksudnya permintaan terhadap suatu barang atau jasa yang muncul sebagai akibat dari permintaan terhadap barang atau jasa yang lain. Sebagai contoh seorang pasien yang menginginkan suatu pelayanan kesehatan muncuk karena pasien tersebut menginginkan kesehatan, karena sebenarnya yang diinginkan pasien adalah kesehatan bukan pelayanan kesehatan. Dengan demikian, demand untuk pelayanan kesehatan berbeda dengan demand secara umum.
Peran provider dalam pelayanan kesehatan sebagai advisor dan supplier.  Dikatakan sebagai advisor, apabila hal tersebut dikaitkan dengan adanya saran atau nasihat dari provider kesehatan akan suatu pelayanan kesehatan bagi pasien yang dapat menimbulkan suatu permintaan terhadap pelayanan kesehatan itu sendiri. Sejauh mana provider kesehatan bertindak sebagai penasehat, mengingat kebutuhan pasien serta sumber daya, kita akan mengharapkan untuk menemukan hubungan yang kuat antara karakteristik pasien dan tuntutannya untuk perawatan medis. Dalam hal seperti ini, pasien pasti jarang menolak saran tersebut, dikarenakan adanya kesenjangan pengetahuan provider kesehatan (yang lebih luas) daripada pasien. Dikatakan sebagai penyedia pelayanan kesehatan, yaitu apabila provider kesehatan memberi tindakan pada pasien, sehingga dapat membuat suatu pencapaian atas permintaan pelayanan kesehatan yang sesuai. Namun, terkadang dari peran sebagai supplier ini dapat menimbulkan efek “menjerumuskan” pasien (demand creation yang negatif). Misalnya karena adanya tindakan atau pemeriksaan tambahan bagi pasien yang sebenarnya tidak perlu dilakukan.
Sehingga konsumen pelayanan kesehatan dalam kedudukan lemah karena apa yang dibeli ditentukan oleh pemberi jasa layanan kesehatan. Demand yang terjadi bukan keputusan konsumen walaupun mereka dapat menetukan akan melakukan pengobatan dimana akan tetapi mereka tidak bisa menentukan jenis perawatan atau pengbatan untuknya akan tetapi mereka dapat menentukan dimana mereka akan melakukan pelayanan kesehatan. Namun sebagai penasihat pelayanan kesehatan dokter memiliki peran ganda yaitu sebagai penyedia layanan kesehatan yang akan mengambil keputusan juga akan mempertimbangkan adanya profit.
Efek demand creation yang negative didasarkan pada moral hazard. Moral hazard mempunyai dua bentuk, pertama konsumen yang merasa tidak ada beban biaya apa pun pada saat melakukan konsumsi komoditi pelayanan kesehatan akan cenderung menggunakan pelayanan yang berlebihan yang menimbulkan ketidakefisienan. Sementara itu, yang kedua, produsen yang mengetahui bahwa konsumennya dilindungi oleh asuransi kesehatan cenderung akan menginstruksikan penggunaan pelayanan kesehatan yang semestinya tidak dipergunakan (over prescribed).
Oleh karena itu cara untuk mengatasi Demand Creation Negatif adalah sebagai berikut :
1.    Meningkatkan pengetahuan pasien.
Pada umumnya, pasien kurang mempunyai informasi tentang segala sesuatu yang menyangkut pelayanan kesehatan. Kejadian ini disebabkan oleh sifat komoditi pelayanan kesehatan yang akhirnya mengacu kepada situasi dimana provider yang secara efektif sering bertindak untuk melakukan permintaan (demanding). Untuk menunjang hubungan tersebut dapat beroperasi secara efisien, diperlukan tiga kelompok informasi yaitu
a.              Pengetahuan dasar mengenai masalah – masalah medis, yaitu suatu bentuk informasi yang pada dasarnya pasien tidak harus memilikinya. Informasi ini menyangkut pengetahuan khusus untuk melakukan penelitian status kesehatan dan mengidentifikasikan jenis perawatan yang tersedia.
b.             Keterangan tentang keadaan pasien, yang meliputi pengetahuan tentang symptom pasien, sejarah kesehatan, dan keadaan lingkungan pasien sehingga memungkinkan dokter untuk menerapkan ilmu kedokterannya terhadap kasus yang saat ini sedang dijumpai pada pasien. Selain itu, yang termasuk dalam informasi ini adalah posisi keuangan pasien dan sumber keuangan lainnya yang dia miliki.
c.              Informasi tentang penilaian pasien sendiri mengenai penyakit yang tengah dideritanya. Pada penilaian ini termasuk di dalamnya preferensi pasien atas berbagai alternative perawatan yang tersedia, sikapnya dalam menghadapi resiko dan penilaiannya atas kemungkinan trade-off dari beraneka dimensi keadaan sehat.
Dengan demikian, apabila pengetahuan pasien meningkat, maka kemungkinan provider untuk menambahkan jenis pelayanan akan menurun.


2.    Pembentukan Komite Medik di Rumah Sakit
Komite Medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola klinis (clinical governance) agar staf medis di rumah sakit terjaga profesionalismenya melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis (Permenkes RI 2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit). Komite medic dibentuk dengan tujuan untuk menyelenggarakan tata kelola klinis (clinical governance) yang baik agar mutu pelayanan medis dan keselamatan pasien lebih terjamin dan terlindungi.
Tugas dan fungsi komite medis menurut Permenkes RI 2011 nomor 755/MENKES/PER/IV/2011 Tentang Penyelenggaraan Komite Medik Di Rumah Sakit adalah sebagai berikut :
a.    Komite medic mempunyai tugas meningkatkan profesionalisme staf medis yang bekerja di rumah sakit dengan cara :
1.    Melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang akan melakukan pelayanan medis di rumah sakit.
2.    Memelihara mutu profesi staf medis
3.    Menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis
b.    Dalam melaksanakan tugas kredensial komite medic memiliki fungsi sebagai berikut :
1.    Penyusunan dan pengkompilasian daftar kewenangan klinis sesuai dengan masukan dari kelompok staf medis berdasarkan norma keprofesian yang berlaku.
2.     Penyelenggaraan pemeriksaan dan pengkajian:
a.    kompetensi;                                                 c. Perilaku;
b.   kesehatan fisik dan mental;                        d. Etika profesi;
3.        Evaluasi data pendidikan profesional kedokteran/kedokteran gigi berkelanjutan;
4.         Wawancara terhadap pemohon kewenangan klinis;
5.         Penilaian dan pemutusan kewenangan klinis yang adekuat.
6.         Pelaporan hasil penilaian kredensial dan menyampaikan rekomendasi kewenangan klinis kepada komite medik;
7.         Melakukan proses rekredensial pada saat berakhirnya masa berlaku surat penugasan klinis dan adanya permintaan dari komite medik; dan
8.         Rekomendasi kewenangan klinis dan penerbitan surat penugasan klinis.
c.    Dalam melaksanakan tugas memelihara mutu profesi staf medis komite medik memiliki fungsi sebagai berikut:
1.         Pelaksanaan audit medis;
2.        Rekomendasi pertemuan ilmiah internal dalam rangka pendidikan berkelanjutan bagi staf medis;
3.         Rekomendasi kegiatan eksternal dalam rangka pendidikan berkelanjutan bagi staf medis rumah sakit tersebut; dan
4.         Rekomendasi proses pendampingan (proctoring) bagi staf medis yang membutuhkan.
d.   Dalam melaksanakan tugas menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis komite medik memiliki fungsi sebagai berikut:
1.        Pembinaan etika dan disiplin profesi kedokteran;
2.        Pemeriksaan staf medis yang diduga melakukan pelanggaran disiplin;
3.        Rekomendasi pendisiplinan pelaku profesional di rumah sakit; dan
4.    Pemberian nasehat/pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis pada asuhan medis pasien.
Berdasarkan dari tugas dan fungsi tersebut, akan tercipta tata kelola klinis yang baik sehingga akan meningkatkan profesionalisme staf medis. Pengawasan langsung dari komite medic akan mendorong provider melakukan pelayanan hanya yang diperlukan saja, dan khususnya yang murah biayanya. Dengan demikian, adanya komite medis dapat mengatasi terjadinya demand creation yang negatif.
3.         Memberikan provider financial incentive
Dengan adanya peningkatan insentif, maka kesejahteraan financial provider akan terjamin sehingga provider akan menghindari/tidak melakukan pelayanan yang tidak perlu untuk diberikan kepada pasien. Pada dasarnya, pelayanan tambahan yang tidak perlu diberikan kepada pasien tersebut adalah untuk meningkatkan kesejahteraan financial provider.


4.             Mengubah biaya  reimbursement menjadi capitation
System penggantian (reimbursement), peserta asuransi harus mengeluarkan uang terlebih dahulu untuk membayar biaya pelayanan kesehatan yang kemudian dapat meminta penggantian ke perusahaan asuransi. Sistem ini membebaskan pasien memilih rumah sakit, namun jumlah maksimal penggantian telah ditentukan dimuka. Pasien harus memperhatikan kelengkapan surat-surat administrasi yang menjadi syarat utama agar proses penggantian biaya dapat dibayar oleh perusahaan asuransi.
Pasien yang menganut sistem provider tidak perlu mengeluarkan uang terlebih dahulu. Pasien hanya dibekali dengan kartu keanggotaan asuransi kesehatan guna mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan di rumah sakit atau klinik kesehatan yang telah dipilih sebelumnya berdasarkan daftar rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan asuransi tersebut.
Metode reimbursement ini merupakan metode dimana pasien tidak membayar kepada provider. Hal ini dikarenakan pasien telah membayar kepada pihak pengelola asuransi. Sehingga, provider yang nantinya akan mengklaim seluruh biaya pelayanan kesehatan pasien kepada pihak asuransi tersebut. Dengan metode ini, kemungkinan provider untuk melakukan demand creation yang negatif akan sangat mungkin.
Definisi sistem kapitasi adalah metode pembayaran untuk jasa pelayanan kesehatan dimana pemberi pelayanan kesehatan (dokter atau rumah sakit) menerima sejumlah tetap penghasilan per perserta, per periode waktu (biasanya bulan), untuk pelayanan yang telah ditentukan per periode waktu. Kapitasi didasari dari jumlah tertanggung (orang yang diberi jaminan atau anggota) baik dalam keadaan sakit atau dalam keadaan sehat yang besarnya dibayarkan di muka tanpa memperhitungkan jumlah konsultasi atau pemakaian pelayanan kesehatan.
Pembayaran kapitasi ini merupakan suatu cara pengendalian biaya dengan menempatkan provider pada posisi menanggung resiko, seluruhnya atau sebagian, dengan cara menerima pembayaran atas dasar jumlah jiwa yang ditanggung.  Untuk menentukan angka kapitasi perlu diketahui dua hal pokok yang harus diperhatikan dalam menentukan kapitasi, yaitu prediksi angka utilisasi (penggunaan pelayanan kesehatan) dan penetapan biaya satuan. Besaran angka kapitasi ini sangat dipengaruhi oleh angka utilisasi pelayanan kesehatan dan jenis paket (benefit) asuransi kesehatan yang ditawarkan serta biaya satuan pelayanan. Adanya sistem kapitasi, diharapkan akan terjadi:
a.              Pemberian pelayanan yang berkualitas tinggi
b.             Pemberian pelayanan promotif dan preventif untuk mencegah insidensi kesakitan baru.
c.              Pemberian pelayanan yang sesuai dengan keadaan pasien
Secara teori, sistem kapitasi ini merupakan sistem yang sangat baik dengan keuntungan yang akan didapatkan semua pihak, baik dokter, pasien, maupun pihak asuransi. Namun, pada kenyataanya masih banyak hambatan dalam pelaksanaan sistem ini. System kapitasi dapat digunakan untuk mengatasi demand creation yang negatif jika mutu pelayanan provider ditingkatkan.
2.4  Elastisitas Demand Pelayanan Kesehatan dan Konsekuensinya
Elastisitas menunjukkan hubungan antara kuantitas yang diminta oleh konsumen dengan harga, serta berbagai hal yang berhubungan dengan factor ekonomi. Dari penjelasan pada bab sebelumnya telah didapatkan rumus untuk demand pada pelayanan kesehatan yaitu sebagai berikut:
Qdmc= f (insiden penyakit, provider│ karakteristik budaya- demografi, factor ekonomi, dll)
Berdasarkan rumus di atas dan juga factor-faktor yang mempengaruhi demand pada pelayanan kesehatan, maka kelompok kami menyimpulkan bahwa elastisitas demand pelayanan kesehatan bersifat inelastic. Dikatakan inelastic karena semakin tinggi harga pelayanan kesehatan maka demand pada pelayanan kesehatan akan menurun, tetapi penurunan permintaan tidak sebesar kenaikan harga. Hal ini disebabkan karena harga bukanlah factor dominan yang mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan, melainkan insiden penyakit.
P
D
Q
Dalam demand pelayanan kesehatan pada dasarnya jika seseorang ingin meningkatkan derajat kesehatannya maka seseorang tersebut tidak  memikirkan seberapa besar uang yang akan dikeluarkan untuk kesehatannya tersebut.
Gambar 3.1
Kurva inelastis pada demand
pelayanan kesehatan
Sehingga karena elastisitas bersifat inelastic maka konsekuensi yang harus dilakukan adalah meningkatkan mutu pelayanan,karena seperti yang sudah dijelaskan diatas tadi factor yang lebih dominan adalah insiden terjadinya penyakit dan provider. Dalam pelayanan kesehatan,permintaan tergantung pada sifat urgensinya,
1)      Emergency : penyakit jantung mendadak, apendik dll.
Pada sifat emergency ini, elastisitas demand dalam pelayanan kesehatan tergolong inelastis.
Semakin emergency suatu keadaan, maka kurva dari demand akan bersifat semakin inelastic bahkan inelastic sempurna.
2)      Non emergency
Pada sifat non emergency ini, elastisitas demand dalam pelayanan kesehatan akan bersifat semakin elastis. Dalam keadaan yang tidak darurat pasien cenderung memikirkan factor lain yang mempengaruhi salah satunya yaitu biaya. Contohnya, dalam kadaan menderita penyakit influenza, dimana penyakit ini tidak terlalu darurat atau memerlukan penanganan secepatnya, apabila seorang dokter meresepkan pelayanan kesehatan A dimana biayanya dirasa mahal, maka pasien akan lebih memilih membeli obat bebas yang dirasa biayanya lebih murah dari pada Pelayanan A.
3)      Elective yaitu yankes yang bisa diatur saat pelaksanaannya seperti bedah kosmetik, sirkumsisi, operasi katarak.

2.4.1        Konsekuensi Elastisitas Demand pada Pelayanan Kesehatan
Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa elastisitas demand pada pelayanan kesehatan dapat bersifat inelastic ataupun elastic. Berikut ini adalah penjelasan tentang konsekuensi dari kedua sifat elastisitas tersebut:
a)      Inelastic (E<1)
Koefisien elastisitas berada di antara nol sampai satu apabila persentase perubahan harga adalah lebih besar daripada persentase perubahan jumlah permintaan. Atau persentase perubahan kuantitas permintaan lebih kecil dari persentase perubahan harga.
Permintaan bersifat inelastic dapat terjadi pada saat harga pelayanan kesehatan meningkat sangat cepat, sedangkan factor lain di luar harga dalam kondisi tetap. Pada kondisi ini permintaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan akan menurun. Tetapi angka penurunan permintaan ini tidak sebesar kenaikan harga pelayanan kesehatan.
Hal ini disebabkan karena apabila seseorang menderita penyakit yang darurat (emergency) sehingga orang tersebut akan berusaha untuk segera menyembuhkan penyakit tersebut dengan menggunakan pelayanan kesehatan saat itu juga. Sedangkan apabila penyakit yang dialami seseorang bukan merupakan penyakit darurat (non emergency), maka orang tersebut akan mencari solusi lain saat harga pelayanan kesehatan naik.
Konsekuensi yang harus dilakukan saat kondisi inelastis ini terjadi adalah meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan agar dapat bersaing dengan intitusi kesehatan yang lain dalam mendapatkan pelanggan.
b)      Elastis (E>1)
Koefisien elastisitas dapat bernilai lebih dari satu apabila perubahan harga diikuti dengan perubahan  jumlah permintaan, dimana persentase perubahan permintaan lebih besar daripada perubahan harga.
Kondisi ini dapat terjadi pada pengguna pelayanan kesehatan jika pendapatan masyarakat sudah mencukupi. Masyarakat ini akan rela membayar dengan harga lebih tinggi demi mendapat kualitas pelayanan kesehatan yang terbaik.
Apabila pendapatan masyarakat telah meningkat, maka dana yang disisihkan untuk menggunakan pelayanan keehatan juga akan meningkat. Sehingga konsekuensi yang dapat dilakukan saat kondisi pemintaan pelayanan kesehatan elastis adalah dengan meningkatkan pelayanan dan penambahan teknologi kesehatan.
2.5  Utility Pelayanan Kesehatan dan Cara Pengukuran
Bentham (1789) dalam Hunt (2002) menyatakan  “that property in any object, whereby it tend to produce benefit, advantage, pleasure, good, or happiness or to prevent the happening of mischief, pain, evil, or unhappiness”. Yang artinya nilai guna terkait tentang hak kepemilikan pada suatu objek apapun yang mana untuk menghasilkan keuntungan, manfaat, kepuasan, kebaikan, atau kebahagiaan atau untuk mencegah terjadinnya kecurangan, kesakitan, kejahatan, atau ketidakbahagiaan”.
Dalam perkembangannya, teori utlity diperluas oleh Jevons (1871) dalam Hunt (2002) yang menyatakan bahwa “...to treat economy as a calculus of pleasure and pain, and have sketched out...” yang artinya “...memperlakukan ilmu ekonomi sebagai hitungan kepuasan dan kesakitan, dan telah digambarkan...” jadi utility dapat dihitung secara matematis dan dapat digambarkan hasil dari perhitungan tersebut.
Teori nilai guna mempelajari kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dari mengkonsumsikan beberapa barang. Jika kepuasan itu semakin tinggi maka semakin tinggi nilai gunanya. Sebaliknya semakin rendah kepuasan dari suatu barang maka nilai gunanya akan semakin rendah pula. Dapat disimpulkan bahwa nilai guna (utility) adalah kemampuan suatu barang atau jasa untuk memberikan kepuasan pada manusia dalam mencukupi kebutuhan manusia.
Menurut Robert dan Prevest dalam Lupiyoadi (2001), Nilai guna pelayanan kesehatan dapat dilihat dari kualitas pelayanan kesehatan sehingga akan membentuk sebuah kepuasan pelanggan. Kualitas pelayanan  kesehatan bersifat multi dimensi. Ditinjau dari pemakai jasa pelayanan kesehatan (health consumer) maka pengertian kualitas pelayanan lebih terkait pada ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi antara  petugas dengan pasien,   keprihatinan   serta   keramahtamahan   petugas   dalam   melayani   pasien, kerendahan hati dan kesungguhan. Ditinjau dari penyelenggara pelayanan kesehatan (health provider) maka kualitas pelayanan lebih terkait pada kesesuaian pelayanan yang   diselenggarakan   dengan   perkembangan   ilmu   dan   teknologi kedokteran mutakhir. Hal ini terkait pula dengan otonomi yang dimiliki oleh masing-masing profesi dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Menurut  Azwar          (1996),  pengertian  kualitas  pelayanan  kesehatan  perlu dilakukan pembatasan yang secara umum dapat disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kualitas pelayanan kesehatan adalah mengacu pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan. Pada satu sisi dapat menimbulkan kepuasan kepada pasien, sedang pada sisi lain prosedurnya harus sesuai dengan kode etik standar profesi yang ditetapkan.  Kualitas pelayanan kesehatan dapat dilihat dari berbagai indikator kepuasan pelayanan kesehatan dan Mutu pelayanan kesehatan.
2.5.1.        Indikator Kepuasan Pelayanan Kesehatan
            Kepuasan yang dirasakan oleh pasien merupakan aspek yang sangat penting bagi kelangsungan suatu rumah sakit. Kepuasan pasien adalah nilai subjektif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan. Penilaian subjektif tersebut didasarkan pada pengalaman masa lalu, pendidikan, situasi psikis waktu itu, dan pengaruh lingkungan pada waktu itu.
            Menurut Lupiyoadi yang dikutip dari Hendroyono mengemukakan bahwa pasien dalam mengevaluasi kepuasan terhadap jasa pelayanan yang diterima mengacu pada beberapa aspek yaitu:
a.       Kualitas Produk atau Jasa.
Pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi menunjukkan bahwa produk atau jasa yang digunakan berkualitas baik.
b.      Kualitas pelayanan .
Pelanggan dalam hal ini pasien akan merasa puas jika mereka memperoleh pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan.
c.       Faktor emosional
Pasien yang merasa yakin bahwa orang lain kagum terhadap pasien yang memilih rumah sakit dengan kategori rumah sakit mahal cenderung memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
d.      Harga
Harga merupakan aspek penting. Semakin mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih besar dan menimbulkan kepuasan pada pasien.
e.       Biaya
Pasien yang mendapatkan produk atau jasa dengan tidak mengeluarkan biaya tambahan cenderung puas terhadap jasa pelayanan tersebut.
Penyelenggaraan  pelayanan  kesehatan  kepada  masyarakat  dituntut untuk meningkatkan kualitas kinerja dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sehingga pelayanan yang diberikan mampu memenuhi kebutuhan, keinginan,  dan  harapan masyarakat  serta  mampu  memberikan  kepuasan. Berdasarkan  Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS), salah satu upaya untuk  meningkatkan  kualitas pelayanan  publik  adalah  dengan  menyusun indeks kepuasan masyarakat sebagai tolok ukur untuk menilai tingkat kualitas pelayanan.
Dengan demikian data indeks kepuasan masyarakat dapat menjadi bahan penilaian terhadap unsur pelayanan yang masih perlu perbaikan dan menjadi pendorong setiap unit penyelenggara pelayanan untuk meningkatkan kualitas pelayanannya.
Tingkat kepuasan masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan dapat diukur dengan menggunakan 14 unsur pelayanan dalam Kepmenpan No.25/2004 Tentang IKM yang dijabarkan ke dalam sub-sub indikator, sebagai berikut:
1)             Prosedur pelayanan
-                 Tingkat kemudahan alur pelayanan yang diberikan
-                 Tingkat kesederhanaan alur pelayanan yang diberikan
2)             Persyaratan pelayanan
-                 Kemudahan persyaratan teknis dan administratif yang harus dipenuhi
-                 Kesederhanaan persyaratan teknis dan administratif yang harus dipenuhi.
3)             Kejelasan petugas pelayanan
-                 Kejelasan petugas yang memberikan pelayanan
-                 Kepastian petugas yang memberikan pelayanan untuk segera menangani pasien.
4)             Kedisiplinan petugas
-                 Tingkat kehadiran petugas yang memberikan pelayanan
-                 Tingkat keberadaan petugas pada saat jam pelayanan
-                 Intensitas penundaan pekerjaan yang dilakukan oleh petugas
5)             Tanggung jawab petugas
Tanggung jawab petugas dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.
6)             Kemampuan petugas pelayanan
-                 Tingkat keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki
-                 Kejelasan informasi yang disampaikan kepada pasien.
7)             Kecepatan pelayanan
Tingkat kecepatan petugas dalam memberikan pelayanan
8)             Keadilan mendapatkan pelayanan
-                 Tingkat keadilan petugas dalam memberikan pelayanan
-                 Pemberian pelayanan terhadap semua pasien tanpa pilih-pilih
9)             Kesopanan dan keramahan petugas
-                 Tingkat kesopanan petugas dalam memberikan pelayanan
-                 Tingkat keramahan petugas dalam memberikan pelayana.
10)          Kewajaran biaya pelayanan
 Tingkat kewajaran biaya yang dikeluarkan
11)          Kepastian biaya pelayanan
-         Kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang ditetapkan
-         Adanya rincian biaya yang jelas dan pasti
12)          Kepastian jadwal pelayanan
  Tingkat kesesuaian jam pelayanan dengan jadwal
13)          Kenyamanan lingkungan
- Tingkat kerapian pengaturan sarana dan prasarana
- Tingkat kebersihan ruangan
- Kenyamanan ruang tunggu
14)           Keamanan pelayanan
         - Tingkat kelengkapan sarana prasarana kesehatan
         - Kebersihan peralatan medis
Prioritas  indikator  kualitas  pelayanan  kesehatan  menurut  pasien,  adalah suatu aspek utama yang menjadi petunjuk atau pedoman ukuran yang penting, yang berbobot,   atau   yang   semestinya   berkaitan   dengan   penyelenggaraan   layanan kesehatan rumah sakit yang menjadi bagian dari pengalaman atau yang dirasakan pasien rumah sakit. Indikator pelayanan kesehatan yang dapat menjadi prioritas relatip sangat banyak, diantaranya adalah,
1.    Kinerja tenaga dokter, adalah prilaku atau penampilan dokter rumah sakit dalam  proses  pelayanan  kesehatan  pada  pasien,  yang  meliputi  ukuran: layanan   medis,   layanan   nono   medis,   tingkat   kunjungan,   sikap,   dan penyampaian informasi.
2.    Kinerja tenaga perawat, adalah perilaku atau penampilan tenaga perawat rumah sakit dalam proses pemberian pelayanan kesehatan pada pasien, yang  meliputi ukuran: layanan medis, layanan nono medis, sikap, penyampaian informsai, dan tingkat kunjungan.
3.    Kondisi fisik, adalah keadaan saran rumah sakit dalam bentuk fisik seperti kamar rawat inap, jendela, pengaturan suhu, tempat tidur, kasur dan sprei
4.    Makanan dan menu, adalah kualitas jenis atau bahan yang dimakan atau dikonsumsi pasien setiap harinya, seperti nasi, sayuran, ikan, daging, buah-buahan, dan minuman. Menu makanan adalah pola pengaturan jenis makanan yang dikonsumsi oleh pasien.
5.    Sistem administrasi pelayanan, adalah proses pengaturan atau pengelolaan pasien di rumah sakit yang harus diikuti oleh pasien (rujukan dan biasa), mulai dari kegiatan pendaftaran sampai pase rawat inap.
6.    Pembiayaan, adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan kepada rumah sakit selaras pelayanan yang diterima oleh pasien, seperti biaya dokter, obat-obatan, makan, dan kamar.
7.    Rekam medis, adalah catatan ataua dokumentasi mengenai perkembangan kondisi kesehatan pasien yang meliputi diagnosis perjalanan penyakit, proses pengobatan dan tindakan medis, dan hasil pelayanan.




2.5.2.        Mutu Pelayanan Kesehatan
       Menurut Donabedian (1980), mutu adalah suatu keputusan yang berhubungan dengan proses pelayanan, yang berdasarkan tingkat di mana pelayanan memberikan kontribusi terhadap nilai outcome. Proses pelayanan kesehatan sendiri dibagi dalam dua komponen utama, pelayanan teknis (medis) dan manajemen hubungan interpersonal antara praktisioner dan klien. Mutu pelayanan kesehatan adalah hasil akhir (outcome) dari interaksi dan ketergantungan antar berbagai aspek, komponen, atau unsur organisasi pelayanan kesehatan sebagai suatu sistem.
Dimensi mutu layanan jasa menurutZeitham et al (1998), yaitu :
1.      Tangible
Bukti nyata atau bukti langsung dari fasilitas fisik, perlengkapan pegawai dan sarana komunikasi.
2.      reliability
Kehandalan adalah Kemampuan Rawat Inap RS Muhammadiyah Surabaya untuk melaksanakan pelayanan sesuai dengan janji promosi, secara akurat dan dapat dipercaya. Tepat waktu sesuai janji dan memberikan bantuan tanpa di minta dengan keterampilan atau kemampuan petugas.
3.      Responsiveness
Ketanggapan petugas dalam memberikan pelayanan kesehatan yang inovatif. Tanggap membantu pelanggan dalam memberikan pelayanan, mengatasi keluhan dan waktu layanan.
4.      Assurance
Pengetahuan dan keramahan petugas dan kemampuan mereka untuk dapat memenuhi kepercayaan dan keyakinan akan jaminan kesembuhan. Keramahan dalam memberikan pelayanan dengan selalu senyum, sopasn santun, respek, dan perhatian.
5.      Empati
 Empati adalah kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan serta penyediaan layanan dengan peduli dan perhatian personal. Kata kunci empati adalah mendengarkan, memperhatikan, memahami dan menanggapi keluhan.


2.5.3.        Cara Pengukuran
       Pemantauan dan pengukuran terhadap kepuasan pelanggan penting dilakukan karena dapat memberikan umpan balik dan masukan untuk keperluan pengembangan dan implementasi strategi peningkatan kepuasan pelanggan. Ada beberapa tekhnik/ metode untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan secara langsung, diantaranya :
1.      Teknik rating
a.       Directly reported satisfaction
Teknik pengukuran langsung dengan menanyakan pasien/klien tentang kepuasan terhadap atribut tersebut.  Teknik ini mengukur secara objective dan subjective. Objective bila bila stimuli jelas, langsung diamati dan dapat diukur. Subjective bila rangsangan stimuli sifatnya intangible, sulit ditentukan, sehingga lebih dikenal sebagai pengukuran persepsi. Asumsi dasar teknik ini ialah hasil telaah tentang selisih manfaat dengan pengorbanan atau risiko yang diantisipasi. Hasil ini memberikan informasi tentang mutu pelayanan.
Instrument ini (directly reported satisfaction) meminta individu menilai 1) derajat kesukaan, 2) atau persetujuan, 3) penilaian, atau 4) tingkat kepuasan yang dapat dinyatakan dalam bentuk skala. Skala penilaian bias ganjil atau genap (rating scale).
1 : Sangat tidak puas                     5 : Sedikit puas
2 : Tidak puas                                6 : Puas
3 : Kurang puas                             7 : sangat puas
4 : netral               
Dalam penetapan banyaknya skala genap bisa 1 sampai 4,6,8,10. Analisis hasil dengan skala dapat ditentukan atas nilai rerata dan simpangan bakunya. Dominan bila kurang dari nilai rata-rata (bila skala positif, bila skala negative diambil lebih dari nilai rata-ratanya). Teknik ini banyak dipakai pada teori kepuasan yang menggunakan stimuli-value judgement-reaction
Prosedur Metode Skala untuk directly reported satisfaction melalui langkah awal pertama : tentukan nilai standar. Skala ini bisa berdasarkan nilai skala tengah dari pengukuran, bisa ditentukan oleh peneliti berdasarkan tujuannya. Langkah kedua: menghitung nilsi rata-rata. Nilai rata-rata komposit adalah penjumlahan milai sakal dari individu yang diamati dibagi jumlah individu.

b.    Simple rating
Metode ranking sederhana klien membuat ranking dari objek (variabel) yang ditanyakan dalam urutan pemilihan. Bobot kepentingan (importance-performance analysis). Klien akan berusaha mendekatkan tingkat-tingkat kepentingan yang berbeda dengan atribut yang bermacam-macam. Klien membuat rangking dari objek (variabel) yang ditanyakan dalam urutan pemilihan. Misalnya empati lebih penting dari pada keramahan. Bobot kepentingan menentukan faktor dominan. Kelemahan metode ini bila klien tidak memilih salah satu dari objek tersebut.
Masalah
Rangking
Pelayanan Dokter

Pelayanan Perawat

Pelayanan penunjang lain : Laboratorium, Radiologi, dll

Pelayanan administrasi, keuanga, kamar terima/loket


c. Metode berpasangan
Metode berpasangan menyediakan beberapa objek yang harus dinilai, kemudian individu-individu tersebut disuruh memilih pasangannya. Metode berpasangan sering dipakai, karena lebih mudah menentukan pilihan antar kedua objek pada satu waktu yang bersamaan. Misal : tingkat tanggap (response) perawat terhadap keluhan pasien.
Acuh tak acuh       1  2  3  4  5      Perhatian
       Kuat   1  2  3  4  5      Lemah
Pelayanan ramah   1  2  3  4  5      Pelayanan tidak ramah
Pada saat analisis, untuk pertanyaan negative, skalanya harus dibalik dulu.






2.6 Supply dalam Pelayanan Kesehatan
2.6.1        Pengertian supply secara umum
Supply atau Penawaran adalah hubungan antara harga dan jumlah barang yang ditawarkan. Secara lebih spesifik, penawaran menunjukkan jumlah  suatu barang atau jasa yang mau dan mampu ditawarkan oleh produsen setiap periode pada berbagai kemungkinan tingkat harga, dengan hal lain diasumsikan konstan. Hukum penawaran menyatakan bahwa jumlah barang atau jasa yang ditawarkan berhubungan secara langsung dengan harga barang atau jasa tersebut, dengan hal lain diasumsikan konstan. Jadi, semakin rendah harga, jumlah barang atau jasa yang ditawarkan semakin sedikit. Sedangkan semakin tinggi harga barang atau jasa, semakin tinggi pula jumlah barang atau jasa yang ditawarkan. Secara lebih spesifik, penawaran menunjukkan jumlah  suatu barang atau jasa yang mau dan mampu ditawarkan oleh produsen setiap periode pada berbagai kemungkinan tingkat harga, dengan hal lain diasumsikan konstan.

2.6.2        Definisi Supply Maksimum
      Supply maksimum adalah jumlah maksimum atau kemampuan maksimum atau  kapasitas maksimum barang atau jasa yang dapat dihasilkan dalam periode tertentu.   Perhitungan terhadap banyaknya barang yang akan ditawarkan atau Supply didasarkan pada kemampuan organisasi dalam mengelola resources untuk melakukan proses produksi. Organisasi ataupun produsen harus dapat mengkaitkan resources dari suatu input, proses, dan menjadikannya sebuah produk (output).


2.6.3   Pengertian supply Pelayanan Kesehatan
Supply dalam  pelayanan kesehatan adalah penyediaan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu oleh berbagai kombinasi tenaga pelayanan kesehatan (seperti dokter, perawat, teknisi, dan para asistennya) dan fasilitas (seperti rumah sakit, klinik rawat jalan, dan laboratorium klinis).
Fungsi Supply (produksi) menggambarkan hubungan antara output yang berupa pelayanan kesehatan yang berkualitas dan sumber daya (resources) yang digunakan untuk memproduksinya.
2.7      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Supply Pelayanan Kesehatan
2.7.1        Fungsi Penawaran
Berdasarkan hukum penawaran, maka diperoleh fungsi penawaran, yaitu:
Qs = f (Px | Py, T, C, P……) dengan asumsi cateris paribus



Keterangan :
Qs                         = Jumlah barang yang ditawarkan
Px                  = Harga barang itu sendiri
Py             = Harga barang lain
T, C, P...   = Faktor- faktor selain harga yang dianggap konstan (cateris paribus)

Berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat Penawaran (Supply) adalah:
a.              Biaya produksi dan teknologi yang digunakan
Jika biaya pembuatan atau produksi suatu produk sangat tinggi maka produsen akan membuat produk lebih sedikit dengan harga jual yang mahal karena mengantisipasi ketidakmampuannya bersaing dengan produk sejenis yang mengakibatkan produk tidak laku terjual. Dengan adanya teknologi canggih maka suatu proses produksi bisa berjalan lebih efektif dan efisien. Proses produksi yang efektif dan efisien menyebabkan pemangkasan biaya produksi sehingga bisa memicu penurunan harga.
b.             Tujuan Perusahaan
Perusahaan yang bertujuan mencari keuntungan sebesar-besarnya (profit oriented) akan menjual produknya dengan marjin keuntungan yang besar sehingga harga jual menjadi tinggi. Jika perusahaan ingin produknya laris dan menguasai pasar maka perusahaan akan menetapkan harga yang rendah dengan tingkat keuntungan yang rendah sehingga harga jual akan rendah untuk menarik minat konsumen.
c.              Pajak
Harga yang ditetapkan oleh para produsen juga dipengaruhi oleh pajak yang ditetapkan oleh pemerintah. Pajak yang naik akan menyebabkan harga jual menjadi lebih tinggi karena perusahaan juga dituntut untuk mempertahankan keuntungan sehingga perusahan menawarkan lebih sedikit produk akibat permintaan konsumen yang turun.

d.             Ketersediaan dan harga barang pengganti atau pelengkap
Dalam dunia industri tidak dapat dipungkiri bahwa suatu saat pasti akan ada pesaing lain yang mempunyai produk sejenis dengan yang kita produksi. Jika ada produk pesaing sejenis di pasar dengan harga yang lebih murah, maka konsumen akan beralih ke produk yang lebih murah sehingga mengakibatkan penurunan permintaan, akhirnya penawaran pun terpaksa dikurangi.
e.              Prediksi atau perkiraan harga di masa depan
Ketika harga jual diperkirakan akan mengalami kenaikan di masa mendatang maka perusahaan akan mempersiapkan diri dengan memperbanyak output produksi dengan harapan bisa menawarkan / menjual lebih banyak barang ketika harga naik akibat berbagai faktor.

2.7.2        Fungsi Produksi
Supply pelayanan kesehatan merupakan derivate (turunan) dari supply pada umumnya. Dengan demikian supply pelayanan kesehatan juga merupakan fungsi produksi dimana yang mempengaruhi supply adalah faktor internal organisasi.
Fungsi produksi menjelaskan hubungan antara hasil atau output dari pelayanan yang diberikan dengan input atau sumber daya yang dimiliki. Dalam ilmu ekonomi, faktor yang mempengaruhi fungsi produksi adalah sumber daya yang digunakan saat memproduksi barang dan jasa.
Fungsi produksi dalam supply pelayanan kesehatan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Qsmc = f (resources {6M, 2T, 1I} | Px, Py,.…..)



Keterangan :
Qsmc          = Supply pelayanan kesehatan
Resources = Sumber daya yang dimiliki
Px                  = Harga barang itu sendiri
Py             = Harga barang lain





Faktor produksi yang mempengaruhi Supply pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:
1.             Man
Man diartikan sebagai sumber daya manusia. Contoh sumber daya manusia dalam pelayanan kesehatan diantaranya adalah dokter, dokter spesialis, bidan, perawat, farmasis, SKM, tenaga administrasi, dan lain-lain.
2.             Money
Money dapat diartikan sebagai modal yang dibutuhkan untuk melakukan produksi. Modal dalam pelayanan kesehatan adalah biaya operasional di rumah sakit, biaya investasi, dan biaya lain yang mendukung proses produksi.
3.             Material
Material dapat diartikan sebagai bahan yang digunakan untuk proses produksi. Dalam pelayanan kesehatan, yang dimaksud dengan material berhubungan dengan logistik pelayanan kesehatan, misalnya obat-obatan, suntik, bahan makanan, dan lain sebagainya.
4.             Method
Method diartikan sebagai prosedur kerja. Prosedur kerja dalam pelayanan kesehatan adalah berupa SOP (Standard Operating Procedure) rumah sakit, Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan lain sebagainya.
5.             Machine
Machine diartikan sebagai mesin untuk produksi. Mesin produksi dalam pelayanan kesehatan adalah segala peralatan medis yang menunjang pengoperasian pemberian layanan kesehatan. Di antaranya yaitu, peralatan laboratorium, peralatan pemeriksaan kesehatan, tempat tidur opname, dan lain-lain.
6.             Market
Wilayah bertemunya produsen dan konsumen disebut sebagai market. Dalam hal pelayanan kesehatan, market dapat berupa wilayah kerja pelayanan kesehatan, segmentasi pasar, masyarakat sasaran yang dibidik berdasarkan proses STP (segmenting, targeting dan posisioning) dan lain-lain.
7.             Technology
Dalam pelayanan kesehatan, kecanggihan dan kemutakhiran teknologi yang digunakan  diantaranya finger print, peralatan operasi laser, dan lain-lain.
8.             Time
Merupakan waktu yang digunakan untuk pemberian layanan kesehatan atau unit pelayanan pada rumah sakit dan tempat pelayanan kesehatan lainnya.

9.             Information
Informasi untuk menunjang pemberian layanan kesehatan seperti lewat internet, pamphlet, leaflet, spanduk, dan lain-lain.


2.7.3        Faktor Dominan dalam Supply Pelayanan Kesehatan
Tidak semua faktor produksi memiliki peran dominan dalam memberikan pelayanan yang berkualitas pada pasien. Dari 6M, 2T, dan 1I, hanya dua faktor yaitu Man dan Machine saja yang punya pengaruh dominan.
Rumus fungsi faktor produksi yang mempengaruhi Supply dalam pelayanan kesehatan adalah:
Qsmc = f (Man, Machine | 4M, 2T, 1I, Px, Py, C,T, C, P, ….)


Berikut ini adalah contoh Supply pada pelayanan keperawatan. Jika input adalah pelayanan keperawatan tiap pasien, maka yang termasuk dalam input dapat berupa jumlah dan tipe perawat dalam unit keperawatan.
Hubungan antara pelayanan keperawatan pada tiap pasien dengan tipe perawat dapat ditampilkan dalam fungsi berikut ini:
Qnpc = f (RNs, LPNs, ADs, UN)


Keterangan :
Qnpc   = Quantity of nursing patient care (kuantitas pelayanan keperawatan pasien)
RNs     = Registered Nurse (Perawat yang terdaftar)
LPNs   = Licensed Practical Nurse (Perawat yang telah terlisensi/tersertifikasi)
Ads     = Nursing Aides (pembantu perawat)
UN      = The type of nursing unit (Unit atau tipe perawatan)
Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa dalam pelayanan keperawatan dipengaruhi oleh perawat yang mahir, sudah memiliki surat ijin praktek, sudah bisa mandiri sebagai perawat panggilan (RNs), pembantu perawat (AD), perawat praktek yang masih harus dinaungi oleh institusi (LPN), serta unit atau tipe perawatan (UN). RNs, AD, dan LPN terkategori dalam man, sedangkan UN terkategori dalam machine. Dari kesimpulan di atas dapat dirumuskan bahwa faktor dominan yang mempengaruhi Supply pelayanan kesehatan adalah man dan machine.
Pelayanan kesehatan merupakan bisnis jasa, jadi man yang memberi pelayanan (man sebagai pemberi jasa). Man pada pelayanan kesehatan memiliki kompetensi secara khusus. Kompetensi ini meliputi keterampilan, kemampuan yang disertai kewenangan yang dilindungi undang-undang.
Machine dalam pelayanan kesehatan dapat berupa fasilitas ataupun sarana khusus untuk pelaksanaan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan, seperti dental chair, X-ray, tempat tidur rumah sakit, dan lain-lain.
Dalam mencapai efisiensi dari Supply dalam pelayanan kesehatan, kombinasi input yang tepat sangat diperlukan. Contohnya pada pelayanan keperawatan di atas, satu orang  LPNs tidak dapat menggantikan satu orang RNs. RNs mungkin memiliki keahlian yang lebih sebagai hasil dari pelatihan tambahan mereka. Oleh karena itu, LPNs mungkin dapat menggantikan sebagian pekerjaan dari RNs, namun tidak bisa semuanya. Kombinasi antara berbagai jenis tenaga kesehatan sangat penting untuk ditentukan dengan tepat oleh para pengambil keputusan, karena dapat meminimalkan biaya penyediaan keperawatan.
Meskipun faktor dominan yang mempengaruhi Supply pelayanan kesehatan adalah Man dan Machine, faktor yang termasuk dalam  6M, 2T, 1I dan faktor lainnya tetap tidak boleh dihilangkan. Bila salah satu faktor produksi tidak ada, maka output juga akan menjadi produk atau pelayanan kesehatan yang tidak maksimal.

2.8  Elastisitas Supply Dalam Pelayanan Kesehatan
Elastisitas adalah ukuran respons jumlah penawaran terhadap perubahan salah satu penentunya. Elastisitas penawaran/supply (Es) yaitu presentase perubahan jumlah barang yang ditawarkan akibat terjadinya perubahan harga itu sendiri. Supply dalam pelayanan kesehatan bersifat relatif inelastis. Kondisi supply inelastis pada pelayanan kesehatan karena, peningkatan biaya yang harus dikeluarkan oleh penerima pelayanan kesehatan lebih besar sementara pelayanan kesehatan yang dapat  diberikan lebih sedikit seperti yang terlihat pada kurva di bawah ini (Gambar 2.1) menggambarkan kondisi supply pelayanan kesehatan.
Penyebab supply pelayanan kesehatan relatif inelastis adalah penyedia pelayanan kesehatan tidak berusaha untuk meminimalkan biaya pengeluaran pemberian pelayanan kesehatan dan atau penyedia pelayanan kesehatan sulit mengubah / mencari sumberdaya yang diperlukan untuk menyediakan pelayanan kesehatan.           

 (Inelastis sempurna)           (Inelastis)   
Price                                                                     
                                                             
                                                                                                           
 
    
                                                               Q/T
                Kuantitas pelayanan medis
        Gambar 2.1. Kurva Inelastis sempurna dan Inelastis pada Supply  
                           Pelayanan Kesehatan

      Sebagai contoh yaitu di poli gigi, penawaran pelayanan kesehatan gigi sangat ditentukan oleh faktor produksi seperti dokter gigi dan dental chair.
      Suatu saat harga yang ditawarkan di pelayanan kesehatan di poli gigi naik, maka kenaikan harga tersebut tidak mempengaruhi kuantitas jumlah pasien yang dapat diperiksa di poli gigi. Hal ini dikarenakan jumlah man dan machine berupa dokter gigi dan dental chair terbatas, sehingga meskipun biaya periksa per pasien naik, maka dokter gigi tetap tidak bisa memaksakan untuk melayani lebih banyak pasien dari supply maksimumnya. Selain itu, provider pelayanan kesehatan tidak mungkin menambah jumlah dokter gigi dan dental chair dalam jangka waktu pendek.
      Dari penjelasan contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa kurva elastisitas supply pelayanan kesehatan adalah inelastis. Sebab perubahan harga tidak mempengaruhi perubahan kuantitas pelayanan yang ditawarkan.




2.8.1  Faktor Penentu Elastisitas Penawaran
                 Dua faktor yang penting dalam menentukan elasisitas penawaran pada 
            pelayanan kesehatan, yaitu :
a.         Sifat Perubahan Biaya Produksi
Penawaran akan tidak bersifat elastis apabila kenaikan penawaran hanya dapat dilakukan dengan mengeluarkan biaya yang sangat tinggi. Bila biaya  tambahan yang dikeluarkan tidak terlalu tinggi, penawaran akan bersifat elastis.
a.       Jangka Waktu Analisis
Dalam menganalisis pengaruh waktu kepada elastisitas penawaran, dibedakan atas 3 jenis jangka waktu, yaitu :
1)      Masa sangat singkat, yaitu : masa waktu dimana para provider kesehatan tidak dapat merubah penawarannya (penawaran bersifat tidak elastis sempurna). Contohnya: ketika harga di suatu poli mata di naikkan, namun pasien yang dapat di tangani tetap dikarenakan jumlah alat medis dan dokter yang menangani terbatas. Maka jumlah pasien yang mendapat pelayanan kesehatan tidak berubah sama sekali.
2)      Jangka Pendek, dimana kapasitas alat-alat produksi yang ada tidak dapat ditambah, kenaikan produksi dilakukan dengan cara menggunakan faktor - faktor produksi secara lebih intensif. (penawaran bersifat tidak elastis) contohnya: ketika harga di suatu poli mata di naikkan serta menambahkan  waktu jam buka pasien sedikit lebih lama dari yang biasanya, namun jumlah   alat medis dan dokter yang menangani tetap terbatas. Maka pelayanan   kesehatan yang akan di tawarkan kepada pasien akan sedikit meningkat dari biasanya.
3) Jangka Panjang, produksi dan jumlah barang yang ditawarkan dapat dengan mudah ditambah dalam jangka panjang (penawaran bersifat elastis) contohnya: setelah merekrut dokter umum, lalu menjadikan sebagai pegawai tetap selanjutnya sekolahkan dia, dengan begitu dokter yang sudah lama praktek di klinik tersebut sudah ada penggantinya selain itu, menjalin kerjasama antara ntar para dokter yang sudah tersertifikasi juga penting.



2.9 Cara Menghitung Supply Maksimal pada Industri Pelayanan Kesehatan
Dalam bidang kesehatan, cara menghitung Supply maksimum dapat diterapkan dalam 3 jenis pelayanan, antara lain rawat jalan, penunjang medis, dan rawat inap sebagai berikut :
1.        Rawat jalan (pelayanan poli gigi)
Di Puskesmas Oro-Oro Ombo Madiun, lama pelayanan poli gigi rata-rata 40 menit per pasien dengan jumlah dentist chair sebanyak dua unit. Jam buka layanan mulai pukul 08.00 sampai 13.00, (5 jam) maka perhitungan supply maksimum adalah sebagai berikut :
a.         Identifikasi sumber daya
Sumber daya yang dibutuhkan dalam pelayanan poli gigi Puskesmas Oro-Oro Ombo Madiun antara lain :
1)        Man : 2 dokter gigi umum dan 1 staff administrasi
2)        Material : obat-obatan, bahan penambal gigi, kapas, dan lainnya
3)        Machine : 2 set dentist chair
4)        Market : Seluruh masyarakat di wilayah kerja puskesmas
5)        Technologi : Orthodental tool
6)        Time : 5 jam per hari selama 24 hari kerja dalam 1 bulan
7)        Information : Poster berisi informasi identitas dokter gigi, waktu pelayanan, jam buka poli

b.        Identifikasi sumber daya yang paling dominan dalam pemberian pelayanan
Sumber daya yang paling dominan dalam pemberian pelayanan untuk pasien adalah unit dentist chair dan jumlah dokter gigi yang tersedia. Sedangkan sumberdaya lain diasumsikan telah tersedia. Dentist chair merupakan alat utama dalam pelayanan di poli gigi. Sedangkan dokter gigi memiliki peran dominan untuk melakukan pemeriksaan kepada pasien.
c.         Identifikasi waktu yang tersedia dalam 1 periode
Jam buka puskesmas perhari adalah 5 jam x 24 hari (hari aktif dalam 1 bulan) = 120 jam
d.        Identifikasi waktu untuk 1 kali pelayanan
1 kali pelayanan membutuhkan waktu 40 menit.
e.         Menghitung supply maksimum yaitu :
                          per bulan
Keterangan :
Perhatikan pada jumlah alat dan nakes. Misalnya ada 2 dokter gigi, namun hanya memiliki 1 set dentist chair, maka jumlah alat dan nakes tetap dihitung 1. Atau sebaliknya ada 2 set dentist chair, namun hanya ada 1 dokter gigi, maka jumlah alat dan nakes juga tetap dihitung 1. Baru apabila dokter gigi dan dentist chair masing-masing ada 2, maka jumlah alat dan nakes baru dihitung 2.
Jadi jumlah maksimum pasien yang dapat diperiksa oleh Poli gigi Puskesmas Oro-Oro Ombo Madiun adalah 180 pasien per bulan.
2.         Penunjang Medis (Radiologi)
a.         Identifikasi sumber daya
Sumber daya yang dibutuhkan dalam pelayanan radiologi antara lain :
1)        Man : 1 orang radiolog dan 1 staff administrasi
2)        Material : baju ronsen, negatif
3)        Machine : 1 unit X-Ray Machine
4)        Market : Masyarakat umum
5)        Time : 8 jam per hari selama 20 hari kerja dalam 1 bulan
6)        Information : Poster berisi informasi penggunaan baju khusus ronsen, waktu pelayanan, jam buka poli
b.        Identifikasi sumber daya yang paling dominan dalam pemberian pelayanan
Sumber daya yang paling dominan dalam pemberian pelayanan untuk pasien adalah unit X-Ray Machine dan radiolog tersedia. Sedangkan sumberdaya lain diasumsikan telah tersedia. X-Ray Machine merupakan alat utama dalam pelayanan di radiologi. Sedangkan radiolog juga memiliki peran dominan sebagai tenaga ahli yang bertugas untuk mengoperasikan alat.
c.         Identifikasi waktu yang tersedia dalam 1 periode
Jam buka poli perhari adalah 8 jam perhari x 20 hari (hari aktif dalam 1 bulan) = 160 jam.
d.        Identifikasi waktu untuk 1 kali pelayanan
1 kali pelayanan membutuhkan waktu 30 menit.
e.         Menghitung supply maksimum :
  =  per bulan
Keterangan :
Perhatikan pada jumlah alat dan nakes. Perhitungannya sama seperti pada rawat jalan. Man dan machine keduanya harus ada dan jumlahnya sama. Jadi jumlah maksimum pasien yang dapat diperiksa oleh pelayanan radiologi adalah 320 pasien per bulan.

3.         Rawat Inap
a.         Identifikasi sumber daya
Sumber daya yang dibutuhkan dalam pelayanan rawat inap puskesmas antara lain:
1)        Man              : 2 dokter umum dan 4 perawat
2)        Material        : obat, infus, selimut, seprei, oksigen, dan lainnya
3)        Machine       : tempat tidur (20)
4)        Market          : Seluruh masyarakat di wilayah kerja puskesmas
5)        Time              : 24 jam per hari dalam 1 bulan
6)        Information : Poster berisi informasi jam besuk
b.        Identifikasi sumber daya yang paling dominan dalam pemberian pelayanan
Sumber daya yang paling dominan dalam pemberian pelayanan rawat inap untuk pasien adalah jumlah tempat tidur. Sedangkan sumberdaya lain diasumsikan telah tersedia.
c.         Identifikasi waktu yang tersedia dalam 1 tahun
24 jam x 365 hari = 8760 jam
d.        Identifikasi waktu untuk 1 kali pelayanan
Rata-rata lama perawatan seorang pasien (AvLOS) di rawat inap adalah 6 hari.
e.        Menghitung Supply maksimum
Menghitung supply maksimum dapat dihitung dengan cara :
Bor optimal (%) =                Jumlah hari               x 100%
                                                      Jumlah tempat tidur x 365
                                    75 %    =                Jumlah hari                 x 100%
                                                         20 tempat tidur x 365
                           Jumlah hari = 5475
                           Rata-rata lama perawatan pasien = 6 hari
                           Jumlah pasien = 5475
                            6
                      = 912,5 ≈ 913 pasien
Jadi jumlah maksimum pasien yang dapat dirawat dengan adanya 20 tempat tidur dan rata-rata lama perawatan 6 hari adalah 913 pasien per tahun.











BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan

Permintaan (demand) pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pasien yang disertai juga dengan daya beli yang dimiliki oleh pasien tersebut. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap pelayanan medis baik dari segi pasien maupun dari pihak pemberi layanan medis meliputi kejadian sakit, karakteristik budaya dan demografi, faktor ekonomi, efisiensi dari pelayanan medis dan penawaran harga.
Demand  pelayanan kesehatan berbeda dengan demand  bidang ekonomi disebabkan karena pelayanan kesehatan merupakan derived demand sebagai input untuk menghasilkan kesehatan dan peran provider dalam pelayanan kesehatan sebagai advisor dan supplier.  Sehingga konsumen pelayanan kesehatan dalam kedudukan lemah karena apa yang dibeli ditentukan oleh pemberi jasa layanan kesehatan.
Elastisitas menunjukkan hubungan antara kuantitas yang diminta oleh konsumen dengan harga, serta berbagai hal yang berhubungan dengan factor ekonomi. Elastisitas demand pelayanan kesehatan bersifat inelastic karena semakin tinggi harga pelayanan kesehatan maka demand pada pelayanan kesehatan akan menurun, tetapi penurunan permintaan tidak sebesar kenaikan harga. Adapun konsekuensi elastisitas demand pada pelayanan kesehatan apabila saat kondisi inelastis terjadi adalah dengan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan agar dapat bersaing dengan intitusi kesehatan yang lain dalam mendapatkan pelanggan. Selain itu, konsekuensi yang dapat dilakukan saat kondisi pemintaan pelayanan kesehatan elastis adalah dengan meningkatkan pelayanan dan penambahan teknologi kesehatan.
Nilai guna pelayanan kesehatan dapat dilihat dari kualitas pelayanan kesehatan sehingga akan membentuk sebuah kepuasan pelanggan. Kualitas pelayanan  kesehatan bersifat multi dimensi.


Supply atau Penawaran adalah hubungan antara harga dan jumlah barang yang ditawarkan. Hukum penawaran menyatakan bahwa jumlah barang atau jasa yang ditawarkan berhubungan secara langsung dengan harga barang atau jasa tersebut, dengan hal lain diasumsikan konstan. Supply maksimum adalah jumlah maksimum atau kemampuan maksimum atau  kapasitas maksimum barang atau jasa yang dapat dihasilkan dalam periode tertentu.
Supply dalam  pelayanan kesehatan adalah penyediaan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu oleh berbagai kombinasi tenaga pelayanan kesehatan (seperti dokter, perawat, teknisi, dan para asistennya) dan fasilitas (seperti rumah sakit, klinik rawat jalan, dan laboratorium klinis). Faktor yang mempengaruhi Supply dalam pelayanan kesehatan yaitu fungsi penawaran dan fungsi produksi yang melputi 6M, 2T, 1I. Faktor dominan yang mempengaruhi supply dalam pelayanan kesehatan adalah man dan machine. Kurva Supply dalam pelayanan kesehatan cenderung bersifat inelastis. Cara pengukuran supply maksimum dalam pelayanan kesehatan dapat diterapkan pada rawat jalan, penunjang medis, dan rawat inap.

3.2    Saran
Makalah tentang  demand dan supply pelayanan kesehatan ini sebaiknya direvisi sesuai dengan perkembangan ilmu ekonomi, sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya tentang supply elastisitas supply maksimum dalam pelayanan kesehatan dan supply dalam pelayanan kesehatan.







DAFTAR PUSTAKA
Savitri, P. Windi. 2011. Supply Dalam Pelayanan Kesehatan. (online). Diakses dari http://windichan.blogspot.com/2011/10/tugas-supply-dalam-pelayanan-kesehatan.html tanggal 26 September 2013
Kelompok 4. 2012. Supply dalam Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Universitas Airlangga
fk.uns.ac.id/static/materi/Ekonomi_Kesehatan_-_Prof_Bhisma_Murti.pdf
Buku Kumpulan Materi Kuliah Ekonomi Kesehatan tahun 2006 FKM UNAIR
Makalah Dasar Ilmu Ekonomi Supply tahun 2010 FKM UNAIR
Makalah Ekonomi Kesehatan Review Supply tahun 2011 FKM UNAIR
Makalah Ekonomi Kesehatan Supply Pelayanan Kesehatan dan Perhitungan Supply Maksimum di Bidang Pelayanan Kesehatan tahun 2010 FKM UNAIR
http://www.cbo.gov/ftpdocs/99xx/doc9924/Chapter5.9.1.shtml diakses tanggal 11 Oktober 2011 ; pukul 10.20